Nama : Fatimah Adlia
Kelas : 2 AC
PERSEDIAAN
Pengertian
Persediaan
Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi
barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode
waktu tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau
proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya
dalam suatu proses produksi.
Menurut (standar akuntansi keuangan, 1999) pengertian persediaan
adalah aktiva:
- yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
- dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
- dalam bentuk bagan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa
Jenis-jenis
persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan tergantung pada jenis usaha
perusahaan yang bersangkutan, yaitu sebagai berikut :
a.
perusahaan jasa : tidak mempunyai
persediaan.
b.
perusahaan dagang : mempunyai satu jenis
persediaan yaitu persediaan barang dagang.
c. perusahaan industri : mempunyai 3 jenis persediaan yang terdiri
dari, persediaan bahan baku,
persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.
Ciri-Ciri
Persediaan Barang Dagang
1. Persediaan barang
dagang dimiliki oleh perusahaan dagang.
2. Dalam bentuk siap
untuk dijual, dijual secara langsung.
3. Masih ada dan belum
terjual.
4. Persediaan barang
dagang terdiri atas :
- Persediaan awal, yaitu nilai barang yang
dimiliki pada awal tahun buku.
- Persediaan akhir, yaitu nilai barang yang
dimiliki perusahaan pada akhir periode
akuntansi.
5. Apabila jumlahnya
terlalu banyak maka perusahaan mengeluarkan biaya yang cukup
tinggi. Misalnya : Biaya Asuransi
Alasan diperlukannya Persediaan
- Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi dan untuk memindahkan produk dari suatu tingkat proses ke tingkat proses lainnya yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan
- Alasan organisasi, untuk memungkinkan suatu unit membuat jadwal operasinya secara bebas tidak tergantung dari yang lainnya.
Manfaat adanya persediaan
- menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.
- menghilangkan resiko dari materi yang dipesan berkualitas atau tidak baik sehingga harus dikembalikan.
- mengantisipasi bahwa bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
- mempertahankan aktivitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi
- mencapai penggunaan mesin yang optimal
- memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya agar keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi dengan memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut
- membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaannya atau penjualannya.
Kepemilikan Persediaan
Sebagai
pedoman umum, barang yang masuk sebagai persediaan adalah barang yang
benar-benar dimiliki oleh perusahaan tanpa memandang lokasi persediaan
tersebut.
Masalah yang
mungkin terjadi pada akhir periode dalam rangka menentukan status kepemilikan
persediaan, yakni antara lain:
- Barang dalam perjalanan (Goods in transit)
Masalah yang
timbul apabila barang masih dalam perjalanan adalah sulitnya menentukan apakah
barang tersebut masih menjadi hak milik penjual atau sudah menjadi hak milik
pembeli. Untuk mengatasi hal ini, maka dua syarat penyerahan barang digunakan
sebagai dasar penentuan, yaitu FOB Shipping Point atau FOB Destination.
FOB
Destination Point, artinya biaya angkut barang dimulai dari gudang
penjual sampai gudang pembeli ditanggung oleh pihak penjual. Ini berarti bahwa
barang-barang dalam perjalanan masih merupakan hak milik penjual.
FOB Shipping Point, artinya biaya angkut barang dimulai dari
gudang penjual sampai gudang pembeli ditanggung oleh pihak pembeli, ini berarti
pembeli adalah pemilik dari barang-barang yang masih dalam perjalanan. Oleh
karena itu, dalam menentukan saldo persediaan untuk satu periode perusahaan
harus mencatat jumlah barang dagangan dalam perjalanan.
- Barang Konsinyasi
Perjanjian
konsinyasi mengijinkan suatu perusahaan lain untuk menyimpan persediaan dalam
gudang mereka namun mereka tidak harus membeli persediaan tersebut. Dengan
perjanjian ini, pemasok memberikan persediaan untuk dijual kembali dengan
menahan kepemilikan persediaan sampai terjualnya persediaan tersebut.
Barangbarang konsinyasi masih tetap dilaporkan sebagai bagian dari persediaan
pemiliknya sampai barang tersebut dijual kepada pihak ketiga. Barangbarang ini
dilaporkan sebesar harga perolehannya (cost) di tambah biayabiaya yang
dikeluarkan untuk memindahkan barang tersebut dari gudang pemilik ke gudang perusahaan
yang menjualkannya.
- Barang yang dijual secara cicilan
Penjualan
cicilan (installment sales) adalah penjualan yang pembayarannya dicicil secara
periodic selama periode tertentu. Dalam penjualan cicilan biasanya penjual
menahan hak legal atas barang sampai seluruh pembayaran dilakukan. Dalam
penjualan cicilan, persediaan berpindah dari penjual kepada pembeli pada saat
ditandatanganinya kontrak penjualan cicilan walaupun hak legal atas kepemilikan
barang tersebut belum berpindah.
Pencatatan Persediaan Barang Dagang
Dalam sebuah
perusahaan, persediaan akan mempengaruhi neraca maupun laporan laba rugi.
Dalam neraca
perusahaan dagang, persediaan merupakan nilai yang paling signifikan dalam aset
lancar. Dalam laporan laba rugi, persediaan bersifat penting dalam
menentukan hasil operasi perusahaan dalam periode tertentu. Terdapat dua
macam sistem pencatatan persediaan yang dapat digunakan, yaitu:
1. Sistem Fisik/Sistem Berkala/Sistem Periodik
yaitu pada
setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara phisik untuk menentukan
jumlah persediaan akhir. Perhitungan tersebut meliputi pengukuran dan
penimbangan barangbarang yang ada pada akhir suatu periode untuk kemudian
dikalikan dengan suatu tingkat harga/biaya. Perusahaan yang menerapkan sistem
periodik umumnya memiliki karakteristik persediaan yang beraneka ragam namun
nilainya relatif kecil.
2. Sistem Perpetual/Sistem
Terus-Menerus/Sistem Baku
yaitu
melakukan pembukuan atas persediaan secara terus menerus yaitu dengan
membukukan setiap transaksi persediaan baik pembelian maupun penjualan. Sistem
perpetual ini seringkali digunakan dalam hal persediaan memiliki nilai yang
tinggi untuk mengetahui posisi persediaan pada suatu waktu sehingga perusahaan
dapat mengatur pemesanan kembali persediaan pada saat mencapai jumlah tertentu.
Perbedaan
dari kedua sistem tersebut yakni:
Sistem
Periodik
|
Sistem
Perpetual
|
1. Pembelian
barang dagangan dicatat dengan mendebit rekening pembelian.
2. Hasil
penjualan dicatat dalam rekening penjualan dan pada waktu penjualan harga
pokok penjualan tidak dicatat dijurnal.
3. Nilai
persediaan pada akhir periode tidak
dapat diketahui sehingga perlu melakukan perhitungan fisk persedian: dibuat
penyesuaian pada akhir periode
|
1. Pembelian
barang dagangan dicatat dalam akun persediaan barang dagangan.
2. Hasil
penjualan dicatat dalam rekening penjualan dan pada waktu penjualan harga
pokok penjualan dicatat/dijurnal.
3. Walaupun
nilai persediaan akhir dapat diketahui, penghitungan fisik tetap harus
dilakukan untuk mencocokkan persediaan akhir menurut penghitungan fisik
dengan catatannya.
|
Jurnal yang
harus dibuat:
Transaksi
|
Sistem
Periodik
|
Sistem
Perpetual
|
Pembelian
|
Pembelian xxx
Utang Dagang /Kas xxx
|
Persediaan xxx
Utang Dagang/Kas
xxx
|
Retur Pembelian
|
Utang Dagang/Kas xxx
Retur Pembelian xxx
|
Utang Dagang/Kas xxx
Persediaan xxx
|
Penjualan
|
Piutang Dagang xxx
Penjualan xxx
(Harga Jual)
|
Piutang Dagang/Kas xxx
Penjualan xxx
(Harga Jual)
HPP xxx
Persediaan xxx
(Harga Pokok)
|
Retur Penjualan
|
Retur Penjualan xxx
Piutang Dagang xxx
|
Persediaan xxx
Piutang Dagang xxx
Persediaan xxx
HPP
xxx
|
Penyesuaian
|
ILR xxx
Persediaan xxx
(Persediaan
Awal)
Persediaan xxx
ILR xxx
(Persediaaan
Akhir)
|
Tidak Ada Jurnal
|
Perlunasan Utang
|
Utang Dagang xxx
Kas xxx
Dalam masa Diskon
Utang Dagang xxx
Potongan Pembelian xxx
Kas xxx
*Apabila terdapat
retur : Utang Dagang – Retur
|
Utang Dagang xxx
Kas xxx
Dalam Masa Diskon
Utang Dagang xxx
Persediaan xxx
Kas xxx
*Apabila terdapat
retur : Utang Dagang – Retur
|
Perlunasan Piutang
|
Kas xxx
Piutang Dagang xxx
Dalam Masa Diskon
Kas xxx
Potongan Penjualan xxx
Piutang Dagang xxx
*Apabila terdapat
retur : Piutang Dagang – Retur
|
Kas xxx
Piutang Dagang xxx
Dalam Masa Diskon
Kas xxx
Persediaan xxx
Piutang Dagang xxx
*Apabila terdapat
retur : Piutang Dagang – Retur
|
Contoh:
Berikut ini
adalah transaksi penjualan dan pembelian barang dagang PD. Putra Jaya bulan
Maret 2011 :
Jan 1 Persediaan
awal 100 unit @ 10 = 1000
2 Pembelian 200 unit @ 11= 2200
5 Pembelian 50 unit @ 9 = 450
12 Penjualan 75 unit @ 15 = 1125 (Misal
HPP @ 10)
14 Penjualan 100 unit @ 15 = 1500 (Misal
HPP @ 12)
20 Pembelian 40 unit @ 12 = 480
25 Penjualan 150 unit @ 15 = 2250 (Misal
HPP @11)
31 Persediaan
Akhir (Misal 605)
Transaksi
|
Sistem
Periodik
|
Sistem
Perpetual
|
||
Pembelian
|
2/1
Pembelian 2200
Utang Dagang
2200
5/1
Pembelian 450
Utang Dagang 450
20
Pembelian 480
Utang Dagang 480
|
2/1
Persediaan 2200
Utang Dagang
2200
5/1
Persediaan 450
Utang Dagang 450
20
Persediaan 480
Utang Dagang 480
|
||
Penjualan
|
12
Piutang Dagang 1125
Penjualan 1125
14
Piutang Dagang 1500
Penjualan 1500
25
Piutang Dagang 2250
Penjualan 2250
|
12
Piutang Dagang 1125
Penjualan 1125
HPP 750
Persediaan 750
12
Piutang Dagang 1500
Penjualan 1500
HPP 1200
Persediaan 1200
20
Piutang Dagang 2250
Penjualan 2250
HPP 1650
Persediaan 1650
|
||
Penyesuaian
|
Persediaan
Akhir xxx
HPP xxx
Persediaan Awal xxx
Pembelian xxx
|
Tidak Ada Jurnal
(Karena sudah
menggunakan akun persediaan, sehingga pada akhir periode persediaan sudah
pada keadaan sebenarnya)
|
||
PENILAIAN
PERSEDIAAN BARANG DAGANG
I.
METODE HARGA POKOK
a. Penilaian
Persediaan Dengan Sistem Fisik ( Pereodik)
Untuk
menentukan nilai persediaan barang pada akhir periode menurut system pisik
adalah sebagai berikut :
adalah sebagai berikut :
1. Metode
Tanda Pengenal Khusus
2. Metode
RataRata
3. Metode
MPKP ( FIFO )
4. Metode
MTKP ( LIFO )
5. Metode
Persediaan Dasar.
1. Metode
Tanda Pengenal Khusus
Dalam metode tanda pengenal khusus ( specific
identification ) setiap barang yang dibeli atau yang masuk diberi kode /
tanda pengenal yang menunjukkan harga per satuan sesuai faktur yang diterima.
Pada metode ini sudah jelas harga per satuannya Dengan demikian untuk
mengetahui jumlah atau nilai persediaan pada akhir periode tinggal mengalikan
jumlah barang yang masih ada dengan harga yang tercantum dalam etiket barang
tersebut.
Contoh:
Contoh:
PT Angkasa Pura selama bulan januari 1995 mempunyai data tentang persediaan
sebagai berikut:
Jan. 1, persediaan 1750 unit @
Rp. 6.000/ unit
Jan. 5, persediaan 1.000 unit @
Rp. 6.200/ unit
Jan. 10, persediaan 2.000 unit @
Rp. 6.250/ unit
Jan. 15, persediaan 1.500 unit @
Rp. 6.400/ unit
Jan. 20, persediaan 3.000 unit @
Rp. 6.250/ unit
Jan. 25, persediaan 2.500 unit @
Rp. 6.500/ unit
Jan. 30, persediaan 2.000 unit @
Rp. 6.400/ unit
Berdasarkan inventaris secara fisik ternyata jumlah persediaan pada
tanggal 31 Januari 1995 sebanyak 3.000 unit terdiri dari: pembelian tanggal 30
Januari 50%, pembelian tanggal 25 januari 25% dan selebihnya pembelian tanggal
5 Januari 1995. Tentukan nilai persediaan tanggal 31 Januari 1995 dengan metode
tanda pengenal khusus!
Jawab:
Nilai persediaan pada tanggal 31 Januari 1995 adalah:
1.500 x Rp. 6.400 = Rp.
9.600.000
750 x Rp. 6.500 = Rp. 4.875.000
750 x Rp. 6.200 = Rp. 4.650.000
3.000 unit Rp. 19.125.000
2. Metode
Rata-Rata
a. Metode
RataRata Sederhana
Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga
beli per satuan setiap transaksi pembelian dan persediaan awal dengan
frekwensi pembelian dan persediaan awal periode.
b. Metode
Rata-Rata Tertimbang
Dalam metode ini harga barang ditentukan dengan cara
membagi jumlah harga barang yang tersedia untuk dijual yakni jumlah persediaan
awal ditambah jumlah pembelian dengan kuantitas barang tersebut
Contoh :
Jumlah persediaan 7.000 unit
Harga rata-rata per unit:
= (3.000 x p.6.400) + (2.000 x
Rp. 6.500) + (4.000 x Rp.6.300) + (5.000 x Rp.6.600) + (2.500 x
Rp.6.800) + (4.000 x Rp. 6.250)
3.000+2.000+4.000+5.000+2.500+4.000
=Rp.19.000.000+Rp.13.000.000+Rp.200.000+Rp.33.000.000+Rp.17.000.000+Rp25.000.000
20.500
= Rp. 132.400.000
20.500
=Rp. 6.458,54
Nilai persediaan = 7.000 x Rp.
6.458,54 = Rp.45.209.780
3. Metode
MPKP ( FIFO )
Dalam metode
ini, barang yang lebih dulu masuk diaggap lebih dulu keluar atau dijual
sehingga nilai persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau
yang masuk belakangan. Jadi harga pokok barang yang keluar (dijual) dihitung
berdasarkan harga barang yang dibeli lebih dahulu, sesuai dengan jumlah
pembeliannya. Atau dengan kata lain nilai persediaan akhir barang didasarkan
pada harga barang yang dibeli terakhir, sesuai dengan jumlah unitnya.
Contoh :
PD Nusantara selama bulan februari 1995 mempunyai catatan mengenai barang
dagangan sebagai berikut:
Feb. 1 Persediaan 3.000
unit @ Rp. 6.400/ unit
Feb. 6 Pembelian 2.000
unit @ Rp. 6.500/ unit
Feb. 11 Pembelian 4.000 unit
@ Rp. 6.300/ unit
Feb. 16 Pembelian 5.000
unit @ Rp. 6.600/ unit
Feb. 21 Pembelian 2.500
unit @ Rp. 6.800/ unit
Feb. 26 Pembelian 4.000
unit @ Rp. 6.2500/ unit
Berdasarkan inventarisasi secara
fisik, persediaan barag dagang pada tanggal 28 februari 1995 sebanyak 7.000
unit.
Hitunglah nilai persediaan barang dagang pada tanggal 28 Februari 1995 jika
menggunakan metode FIFO!
Jawab:
Jumlah persediaan 7.000 unit terdiri dari:
Persediaan tgl 1 Februari 1995 = 3.000 x Rp. 6.400 = Rp. 19.200.000
Pembelian tgl 6 Februari 1995 =
2.000 x Rp.6.500 = Rp. 13.000.000
Pembeliaan tgl 11 Februari 1995 = 2.000 x Rp. 6.300 =Rp. 12.600.000
=
Rp. 44.800.000
Jadi, nilai dari persediaan 7.000 unit adalah Rp. 44.800.000
4. Metode MTKP
( LIFO )
Dalam metode
ini, barang yang terakhir masuk diaggap lebih dulu keluar atau dijual sehingga nilai
persediaan akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau yang masuk
lebih awal. Sehingga harga pokok barang yang terjual dihitung berdasarkan pada
harga barang yang dibeli terakhir sesuai dengan jumlah unitnya, atau nilai
persediaan barnag didasarkan pada harga barang yang dibeli pada awal, sesuai
dengan jumlah unitnya.
Jumlah persediaan 7.000 unit terdiri dari:
Pembelian 26 Februari 1995 = 4.000 x
Rp. 6.250 = Rp. 25.000.000
Pembelian 21 februari 1995 = 2.500
x Rp. 6.800 = Rp. 17.000.000
Pembelian 16 Februari 1995 = 500 x
Rp. 6.600 = Rp. 3.300.000
=
Rp. 45.300.000
Jadi nilai persediaan 7.000 unit adalah Rp. 45.300.000
5. Metode
Persediaan Dasar ( Basic Stock )
Disebut juga
sebagai persediaan besi yakni persediaan minimum yang harus dimiliki
oleh perusahaan untuk menjaga likuiditas perusahaannya. Dalam metode Ini
keterlambatan masuknya barang yang disebabkan adanya kemacetan atau sebabsebab
lain tidak mengganggu persediaan sehingga perusahaan masih dapat melayani
pelanggan atau pembeli.
Dalam metode ini persediaan akhir dihitung berdasarkan harga pokok yang ditetapkan. Adapun selisih antara persediaan barang yang ada dengan persediaan dasar dinilai dengan harga menurut metode yang dikehendaki ( Metode ratarata, MPKP, MTKP, harga pasar dll ).
Dalam metode ini persediaan akhir dihitung berdasarkan harga pokok yang ditetapkan. Adapun selisih antara persediaan barang yang ada dengan persediaan dasar dinilai dengan harga menurut metode yang dikehendaki ( Metode ratarata, MPKP, MTKP, harga pasar dll ).
Nilai persediaan pada akhir periode dihitung sebagai berikut:
1. Jika kuantitas lebih
banyak daripada kuantitas persediaan dasar, nilai persediaan adalah nilai
persediaan dasar tambah dengan harga pasar kelebihannya.
2. Jika kuantitas lebih
kecil daripada kuantitas persediaan dasarnya, nilai persediaan adalah nilai
persediaan dasar dikurangi harga pasar kekurangannya.
Contoh 1:
Persediaan dasar ditentukan sebanyak 6.000 kg dengan
harga Rp. 1.000 tiap kg. Nilai persediaan pada 31 januari 199 sebanyak 7.500 kg
dengan harga pasar Rp.1.400 per kg. Berapa nilai persediaannya?
Jawab:
Nilai persediaan akhir:
persediaan dasar, 6.000 x Rp. 1.000 = Rp. 6.000.000
ditambah dengan kelebihannya, 1.500 x Rp.1.400 = Rp. 2.100.000
jumlah................................................=
Rp. 8.100.000
contoh 2;
Persediaan dasar ditentukan sebanyak 6.000 kg dengan
harga Rp. 1.000 tiap kg. Nilai persediaan pada 31 januari 199 sebanyak 5.500 kg
dengan harga pasar Rp.1.400 per kg. Berapa nilai persediaannya?
Jawab:
Nilai persediaaan akhir:
Persediaan dasar,6.000 x Rp.1.000 =Rp. 6.000.000
Dikurangi dengan harga pasar kekurangannya, 500 x
Rp.1.400 =(Rp. 700.000)
Jumlah...........................................................=
Rp. 5.300.000
b.
Penilaian Persediaan Dengan Sistem Perpetual
Dalam sistem
perpetual setiap terjadi mutasi persediaan dicatat dalam akun persediaan.
Metode penilaian persediaan digunakan pada saat terjadi transaksi penjualan,
dengan membuat Kartu Persediaan Barang secara lengkap yang memuat kuantitas,
harga satuan, jumlah harga baik untuk lajur masuk, keluar, maupun sisa. Kartu
persediaan tersebut sebagai buku pembantu untuk tiap macam barang digunakan
atau yang dijual. Sehingga apabila perusahaan memiliki 15 jenis barang, maka
harus membuat Kartu Persediaan barang sebanyak 15.
Format Kartu
Persediaan adalah sebagai berikut :
KARTU
PERSEDIAAN (STOCK CARD)
|
|||||||||||||||||
NAMA BARANG:
|
METODE PENCATATAN :
|
HARGA JUAL :
|
|||||||||||||||
TGL
|
KETERANGAN
|
MASUK
|
KELUAR
|
SALDO
|
|||||||||||||
UNIT
|
HARGA
|
JUMLAH
|
UNIT
|
HARGA
|
JUMLAH
|
UNIT
|
HARGA
|
JUMLAH
|
|||||||||
Metode
penilaian persediaan dalam pencatatan secara perpetual sebagai berikut :
1. Metode
RataRata bergerak ( Moving Average )
Dalam metode ini, harga beli ratarata dihitung setiap terjadi
transaksi
pembelian.
Harga pokok penjualan per satuan didasarkan pada harga ratarata pada saat
terjadi transaksi penjualan.
Contoh:
PT
permata yang menggunakan sistem Perpetual dalam pencatatan persediaan barang,
pada bulan Maret 1995 mempunyai data yang berhubungan dengan persediaan barang
dagang sebagai berikut:
Maret
1, persediaan 4.000 unit @ Rp. 800
Maret 4, persediaan 3.000 unit @ Rp. 850
Maret 7, penjualan 5.000 unit @ -
Maret 13, pembelian 4.000 unit @ Rp. 875
Maret 19, penjualan 5.000 unit @
-
Maret 22, pembelian 2.000 unit @ Rp. 900
Maret 26, penjualan 2.500 unit @ -
Maret 30, pembelian .5000 unit @ Rp. 850
Tentukan
nilai persediaan barang dagang pada tanggal 31 Maret 1995 berdasarkan
metode Moving average!
Jawab:
Tgl
|
Masuk
|
Keluar
|
Saldo
|
||||||
Unit
|
Hrg/unit
(Rp)
|
Jmlah
(Rp)
|
unit
|
Hrg/unit
(Rp)
|
Jmlah
(Rp)
|
unit
|
Hrg/unit
(Rp)
|
Jmlah
(Rp)
|
|
Maret,1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4.000
|
.800
|
3.200.000
|
Meret,4
|
3.000
|
.850
|
2.550.000
|
-
|
-
|
-
|
7.000
|
821,43
|
5.750.000
|
Maret,7
|
-
|
-
|
-
|
5.000
|
821,43
|
4.107.150
|
2.000
|
.821,43
|
1.642.850
|
Maret,13
|
4.000
|
875
|
3.500.000
|
-
|
-
|
-
|
6.000
|
857,14
|
5.142.850
|
Maret,19
|
-
|
-
|
-
|
5.000
|
857,14
|
4.285.700
|
1.000
|
857,14
|
875.150
|
Maret,22
|
2.000
|
900
|
1.800.000
|
-
|
-
|
-
|
3.000
|
885,72
|
2.657.150
|
Maret,26
|
-
|
-
|
-
|
2.500
|
885,72
|
2.214.300
|
500
|
885,72
|
442.850
|
Maret,30
|
5.000
|
850
|
4.250.000
|
-
|
-
|
5.500
|
853,26
|
4.692.850
|
Jadi, nilai
persediaaan barang dagang pada tanggal 30 Maret adalah Rp.4.692.850
2. Metode
FIFO
Metode ini beranggapan barang yang ada paling awal dianggap dijual paling awal
juga. Perbedaanya adalah dalam metode perpetual perhitungan harga pokok
dilakukan pada saat terjadi penjualan.
Contoh;
PT
permata yang menggunakan sistem Perpetual dalam pencatatan persediaan barang,
pada bulan Maret 1995 mempunyai data yang berhubungan dengan persediaan barang
dagang sebagai berikut:
Maret
1, persediaan 4.000 unit @ Rp. 800
Maret 4, persediaan 3.000 unit @ Rp. 850
Maret 7, penjualan 5.000 unit @ -
Maret 13, pembelian 4.000 unit @ Rp. 875
Maret 19, penjualan 5.000 unit @
-
Maret 22, pembelian 2.000 unit @ Rp. 900
Maret 26, penjualan 2.500 unit @ -
Maret 30, pembelian .5000 unit @ Rp. 850
Tentukan nilai persediaan barang dagang
pada tanggal 31 Maret 1995 berdasarkan metode
FIFO!
Jawab:
Tgl
|
Masuk
|
Keluar
|
Saldo
|
||||||
Unit
|
Hrg/unit
(Rp)
|
Jmlah
(Rp)
|
unit
|
Hrg/unit
(Rp)
|
Jmlah
(Rp)
|
unit
|
Hrg/unit
(Rp)
|
Jmlah
(Rp)
|
|
Maret,1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4.000
|
.800
|
3.200.000
|
Meret,4
|
3.000
|
.850
|
2.550.000
|
-
|
-
|
-
|
4.000
3.000
7.000
|
800
850
|
3.200.000
2.550.000
5.750.000
|
Maret,7
|
-
|
-
|
-
|
4.000
1.000
|
800
.850
|
3.200.000
850.000
|
2.000
|
.850
|
1.700.000
|
Maret,13
|
4.000
|
875
|
3.500.000
|
-
|
-
|
-
|
2.000
4.000
6.000
|
850
875
|
1.700.000
3.500.000
5.200.000
|
Maret,19
|
-
|
-
|
-
|
2.000
3.000
|
850
875
|
1.700.000
2.625.000
|
1.000
|
875
|
875.000
|
Maret,22
|
2.000
|
900
|
1.800.000
|
-
|
-
|
-
|
1.000
2.000
3.000
|
875
900
|
875.000
1.800.000
2.675.000
|
Maret,26
|
-
|
-
|
-
|
1.000
1.500
|
875
900
|
875.000
1.350.000
|
500
|
900
|
450.000
|
Maret,30
|
5.000
|
850
|
4.250.000
|
-
|
-
|
-500
5.000
5.500
|
900
850
|
450.000
4.250.000
4.700.000
|
Jadi, nilai
persediaaan barang dagang pada tanggal 30 Maret adalah Rp.4.700.000
3. Metode
LIFO
Pada metode ini barang yang terakhir dibeli dianggap dijual lebih dahulu. Harga
pokok dihitung pada saat terjadi penjualan
Contoh :
PT permata
yang menggunakan sistem Perpetual dalam pencatatan persediaan
barang, pada
bulan Maret 1995 mempunyai data yang berhubungan dengan
persediaan
barang dagang sebagai berikut:
Maret
1, persediaan 4.000 unit @ Rp. 800
Maret 4, persediaan 3.000 unit @ Rp. 850
Maret 7, penjualan 5.000 unit @ -
Maret 13, pembelian 4.000 unit @ Rp. 875
Maret 19, penjualan 5.000 unit @
-
Maret 22, pembelian 2.000 unit @ Rp. 900
Maret 26, penjualan 2.500 unit @ -
Maret 30, pembelian .5000 unit @ Rp. 850
Tentukan
nilai persediaan barang dagang pada tanggal 31 Maret 1995 berdasarkan
metode LIFO!
Jawab:
Tgl
|
Masuk
|
Keluar
|
Saldo
|
||||||
Unit
|
Hrg/unit
(Rp)
|
Jmlah
(Rp)
|
unit
|
Hrg/unit
(Rp)
|
Jmlah
(Rp)
|
unit
|
Hrg/unit
(Rp)
|
Jmlah
(Rp)
|
|
Maret,1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4.000
|
.800
|
3.200.000
|
Meret,4
|
3.000
|
.850
|
2.550.000
|
-
|
-
|
-
|
4.000
3.000
7.000
|
800
850
|
3.200.000
2.550.000
5.750.000
|
Maret,7
|
-
|
-
|
-
|
3.000
2.000
|
850
.800
|
2.5500.000
1.600.000
|
2.000
|
.800
|
1.600.000
|
Maret,13
|
4.000
|
875
|
3.500.000
|
-
|
-
|
-
|
2.000
4.000
6.000
|
800
875
|
1.600.000
3.500.000
5.100.000
|
Maret,19
|
-
|
-
|
-
|
4.000
1.000
|
875
800
|
3.500.000
800.000
|
1.000
|
800
|
800.000
|
Maret,22
|
2.000
|
900
|
1.800.000
|
-
|
-
|
-
|
1.000
2.000
3.000
|
800
900
|
800.000
1.800.000
2.600.000
|
Maret,26
|
-
|
-
|
-
|
2.000
.500
|
900
800
|
1.800.000
400.000
|
500
|
800
|
400.000
|
Maret,30
|
5.000
|
850
|
4.250.000
|
-
|
-
|
-500
5.000
5.500
|
800
850
|
400.000
4.250.000
4.650.000
|
Jadi, nilai
persediaaan barang dagang pada tanggal 30 Maret adalah Rp.4.650.000
Keunggulan dari metode FIFO
-. Laba yang dihasilkan lebih
tinggi dibandingkan metode lainnya, yang bisa membuat pandangan yang lebih baik
terhadap performance perusahaan.
-. Pengukuran stok akhir lebih
tepat dikarenakan menggunakan ongkos barang yang di beli terlebih dahulu.
Kelemahan dari metode FIFO
-. Dikarenakan Laba yang
dihasilkan lebih tinggi, jumlah pajak yang harus di bayarkan adalah lebih
tinggi.
Keunggulan dari metode LIFO
-. Keuntungan pajak dikarenakan
Laba lebih rendah, jadi pajak lebih kecil
-. Pengukuran Laba yang lebih
baik karena nilai stok memakai biaya terbaru.
Kelemahan dari metode LIFO
-. Laba menjadi lebih kecil,
maka buruk untuk di evaluasi oleh pemegang saham.
-. Nilai stok akhir lebih maka
buruk bila di evaluasi oleh pemegang saham.
-. Undang Undang Perpajakan
Indonesia melarang penggunaan LIFO.
Keunggulan dari metode moving
average
-. Lebih praktis untuk
melaksanakannya.
-. Laba yang lebih kecil – maka
pajak lebih murah
-. Nilai stok akhir lebih kecil.
Kelemahan dari metode moving
average
-. Laba menjadi lebih kecil –
buruk untuk di evaluasi oleh pemegang saham.
-. Nilai stok akhir lebih –
buruk bila di evaluasi oleh pemegang saham.
II. METODE
TAKSIRAN
Penetapan harga pokok persediaan dengan metode cost mengharuskan perusahaan
untuk mengadakan perhitungan secara pisik atas persediaan, umumnya memerlukan
waktu lama dan biaya yang besar . Pada perusahaan tertentu seperti Toserba atau
swalayan, metode cost dirasa kurang praktis atau tidak efisien. Untuk itu
diperlukan metode lain, yakni metode Taksiran, khususnya dalam penilaian
persediaan pada laporan intern. Dalam metode ini dapat digunakan dua cara yakni
:
a. Metode
Eceran
b. Metode
Laba kotor.
Metode
Eceran
Berdasarkan
Hubungan HP. BTUD dengan harga eceran barang yang sama.
Banyak
digunakn oleh toserba dan swalayn yng mempunyai prosedur penentuan nilai
persediaan dengan metode eceran sbb :
a. Atas
persediaan barang awal, selain diketahui HP nya harus pula ditentukan berapa
besar
harga jual ecerannya.
b. Setiap
terjadi pembelian harus ditentukan Jumlah harga jualnya.
c. Dihitung
barang tersedia dijual menurut harga beli dan harga jual
d. Dihitung
prosentase HP terhadap harga jual dengan rumus :
HP. BTUD =
Harga jual BTUD x 100%
e. Prosentase
HP terhadap harga jual tsb akn digunakn untuk menaksir HP persediaan yang ada
pada akhir peride.
Contoh :
Diketahui :
-
Persediaan
Awal
= Rp. 14.000.000
-
Harga
Eceran = Rp. 21.500.000
-
HP.
Pembelian = Rp. 61.000.000
-
Harga
ecerannya = Rp. 78.000.000
-
Harga Eceran Penjualan Bersih
= Rp. 70.000.000
Ditanya :
Berapa Taksiran persediaan akhirnya ?
Jawab
:
Atas dasar HP
Atas Dasar Harga Eceran
Persediaan
awal
Rp. 14.000.000 Rp.
21.500.000
Pembelian Rp.
61.000.000 Rp.
78.500.000
BTUD
Rp. 75.000.000 Rp.
100.000.000
Penjualan Bersih (Rp.
70.000.000)
Persediaan
Akhir (berdasarkan hrg eceran) Rp.
30.000.000
·
Perbandingan HP terhadap Harga
Eceran = 75%
=
(75.000.000 : 100.000.000)
= 0.75 x 100
·
Taksiran Harga Perolehan Persediaan Akhir
= 75% x Rp.
30.000.000
= Rp.
22.500.000
Metode Laba
Kotor ( Gross Profit Method )
Dalam metode
ini konsep yang digunakan adalah konsep hubungan antara harga pokok dan harga
jual. Besarnya prosentase laba kotor umumnya didasarkan prosentase laba-laba
tahun lalu.
Metode laba kotor dapat bermanfaat dalam
kondisi berikut ini :
a) Perusahaan
memerlukan laporan persediaan untuk keperluan intern bila perusahaan
menggunakan sistem periodik. Atau untuk
melihat persedian bulanan,sedang biaya stock
opname sangat mahal.
b) Persediaan
rusak atau musnah akibat kebakaran, pencurian, bencana alam dll.
c) Untuk
menguji keabsahan angka persediaan yang dihitung dengan cara lain.
Dalam metode laba kotor besarnya prosentase laba kotor dapat dihitung
dengan
- Prosentase laba kotor dari harga jual
- Prosentase laba kotor dari harga pokok.
Persentase laba kotor dihitung dari harga Jual
Dalam metode ini harga jual adalah 100%, sedangkan Harga pokok barang yang
dijual adalah 100% dikurangi laba kotor, atau persen laba kurang dari 100. Cara
menentukan nilai persediaan akhir adalah sebagai berikut :
- Dihitung lebih dahulu jumlah barang tersedia untuk dijual dengan jalan menambahkan persediaan barang daganga awal tahun ditambah pembelian bersih tahun berjalan.
- Dihitung harga pokok barang yang dijual dengan cara jumlah penjualan dikurangi persentase dikali jumlah penjualan.
- Dihitung nilai persediaan akhir barang dagangan, yakni barang tersedia untuk dijualdikurang harga pokok barang yang sudah dijual.
Persentase laba kotor
dihitung dari harga Pokok.
Bila persentase laba kotor ditentukan dari harga pokok , besarnya harga
jual adalah harga pokok ( 100% ) ditambah prosentase laba. Jadi harga jual
lebih dari seratus persen atau disebut persen laba diatas seratus.
Contoh soal :
Diketahui :
-
Penjualan =
Rp. 20.000.000
-
Persediaan
Awal =
Rp. 4.000.000
-
Pembelian
= Rp. 12.000.000
-
Laba Kotor
30% dari Penjualan
Ditanya :
berapa Taksiran Persediaan akhirnya ?
Jawab :
-
Persediaan
awal
= Rp. 4.000.000
-
Pembelian
= Rp. 12.000.000
BTUD
= Rp. 16.000.000
-
Penjualan Bersih
= Rp. 20.000.000
-
Laba Kotor (20.000.000 x 30% ) =
(Rp. 6.000.000)
= (Rp. 14.000.000)
Taksiran
Persediaan
Akhir =
Rp. 2.000.000
III.
METODE HARGA POKOK ATAU HARGA PASAR YANG LEBIH RENDAH
Secara umum persediaan dinilai sebesar harga
perolehannya. Namun dalam prakteknya persediaan yang dimiliki perusahaan tidak
lagi mencerminkan manfaat potensial yang dimiliki persediaan tersebut. Hal ini
disebabkan oleh faktor waktu, selera atau mode yang berubah, sehingga
mengakibatkan perseidaan tersebut susut, cacat atau rusak dan lain-lain. Dalam
keadaan seperti ini prinsip akuntansi memperkenankan penggunaan metode
penilaian dengan dasar selain harga perolehan.
Metode LOCOM digunakan untuk menilai persediaan
yang memiliki nilai dibawah harga pokok awal yang disebabkan oleh
kejadian-kejadian seperti: perubahan tingkat harga, kerusakan barang, keusangan
dan lain-lain. Kondisi tersebut menyebabkan kerugian bagi perusahaan, hal ini
berarti perusahaan harus mengakui timbulnya kerugian sebesar selisih harga
pokok dengan harga pasar (bila harga pasar lebih rendah). Digunakan harga pasar
karena selalu merupakan nilai tengah dari tiga nilai berikut:
1. Harga pokok pengganti/harga beli
Yaitu
seluruh pengorbanan sumber ekonomik yang dilakukan perusahaan untuk
memperoleh
suatu aktiva, biasanya dipakai dalam perusahaan dagang.
2. Nilai reproduksi
Meliputi
semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan untuk menghasilkan suatu produk
(bahan baku,
tenaga kerja dan overhead pabrik), biasanya dipakai dalam perusahaan
manufaktur.
3. Nilai bersih terealisasikan
Penilaian
terhadap produk yang manfaat potensialnya tidak sebanding lagi dengan harga
pokoknya,
yaitu merupakan selisih antara taksiran harga jual dengan taksiran biaya
penjualan.
Pada hakekatnya harga pasar merupakan harga
pokok pengganti kini (current replacement cost) dengan batasan harga pasar
tidak boleh:
1. melebihi nilai bersih terealisasikan dan,
2. lebih tendah dari nilai bersih terealisasikan setelah dikurangi laba normal
yang
diharapkan.
Tahap-tahap penilaian persediaan dengan
menggunakan metode LOCOM sebagai berikut:
1. Menentukan nilai pasar (market)
Nilai pasar ditentukan berdasarkan data, nilai
pengganti, taksiran harga jual, taksiran biaya penjualan, taksiran laba normal
yang diharapkan. Dalam tahap ini batas atas dan batas bawah, serta nilai
pengganti dibandingkan untuk menentukan nilai pasar. Berikut merupakan
istilah-istilah yang digunakan dalam metode LOCOM:
o Batas atas (ceilling) = nilai
bersih dieralisasikan = taksiran harga jual - biaya penjualan. Jika nilai
pengganti lebih tinggi dari batas atas, maka yang dipakai sebagai harga pasar
adalah batas atas.
o Batas bawah (floor) = nilai
bersih direalisasikan - laba normal.
Jika nilai pengganti lebih tendah dari batas bawah, maka yang dipakai sebagai
harga pasar adalah batas bawah.
2. Membandingkan
harga pokok dengan harga pasar
Perbandingan ini dapat dilakukan secara
individual produk (pada perusahaan dagang), kelompok produk (pada perusahaan
manufaktur) dan keseluruhan jumlah persediaan.
Jika penerapan metode LOCOM menunjukkan harga
pasar lebih rendah dibandingkan dengan harga pokok persediaan, maka kerugian
harus diakui. Rekening rugi penurunan nilai persediaan dilaporkan dalam laporan
laba rugi bukan sebagai pos luar biasa tetapi masukkan de dalam tubuh laporan
laba rugi.
Pencatatan terhadap rugi penurunan nilai
persediaan terpisah dari harga pokok penjualan ada 2 cara:
1.
Metode langsung
Persediaan langsung diakui sebesar harga pasar
(jika lebih rendah) dan disajikan dalam laporan keuangan sebesar jumlah
tersebut, dengan demikian pengaruh penurunan ada pada laporan keuangan langsung
tanpa penyesuaian terlebih dahulu.
2.
Metode cadangan
Mengakui kerugian penurunan harga pada waktu
akan menyusun laporan keuangan yaitu dengan mendebit rugi penurunan dan kredit
cadangan penurunan harga.
Apabila harga pasar lebih rendah dari harga pokok
persediaan barang dagangan yang disajikan dalam neraca, maka perlu dibuat ayat
jurnal penyesuaian untuk mencatat kerugian oleh karena terjadinya penurunan
harga persediaan barang dagangan tersebut, sekaligus menetapkan kembali nilai
persediaan barang dagangan akhir sesuai dengan harga pasarnya.
Contoh Soal :
1. Pada
awal tahun fiskal PT. Cahaya mempunyai 20.000 unit persedian dengan biaya FIFO
sebesar Rp8.000 per unit
2. Tidak
ada pembelian tambahan selama tahun berjalan.
3. Penjualan
dan nilai pasar pada akhir kuartal selam tahun fiskal sebagai berikut :
Kuartal
|
Unit Yg dijual
|
Nilai Pasar/ Unit
|
1
2
3
4
|
3.000
4.000
5.000
5.000
|
Rp7.000
6.000
7.000
10.000
|
*** PT. Cahaya tidak yakin mengenai penyebab turunnya nilai pasar dan
menganggap
Itu sebagai hal yang akan permanen. Perusahaan mengakui penurunan tersebut
dalam
kuartal terjadinya.
Analisis Interim Harga Pokok dan Harga Pasar terendah dari Akun Persediaan
PT. Cahaya :
Kuartal
|
POS
|
Persediaan
|
||
Unit
|
Harga
|
Total
|
||
1
2
3
4
|
Saldo Awal
Persediaan
dijual, Kuartal I
Penyesuaian
ke Pasar :
( 17.000
unit x ( Rp8.000 – 7.000 )
Saldo
Akhir Kuartal I
Persediaan
dijual Kurtal II
Penyesuaian
ke Pasar :
( 13.000
unit x ( Rp7.000 – 6.000 )
Saldo
Akhir Kuartal II
Persediaan
dijual, kuartal III
Penyesuaian
ke Pasar :
( 8.000
unit x ( Rp6.000 – 7.000 )
Saldo
Akhir Kuartal III
Persediaan
dijual, kuartal IV
Penyesuaian
ke Pasar :
( 3.000
unit x ( Rp7.000 – 8.000 )
Saldo
Akhir Kuartal IV
|
20.000
( 3.000 )
17.000
17.000
( 4.000 )
13.000
13.000
( 5.000 )
8.000
8.000
( 5.000 )
3.000
3.000
|
Rp8.000
Rp8.000
( 1.000 )
7.000
Rp7.000
( 1.000 )
6.000
6.000
1.000
7.000
7.000
1.000
8.000 (*)
|
Rp160.000.000
( 24.000.000 )
( 17.000.000 )
Rp119.000.000
( 28.000.000 )
( 13.000.000 )
Rp78.000.000
( 30.000.000 )
8.000.000
Rp56.000.000
( 35.000.000 )
3.000.000
Rp24.000.000
|
(*) ingat bahwa walaupun nilai pasar adalah Rp10.000, penilaian persediaan
tidak dapat
melebihi biaya pokok.
IV.
METODE HARGA JUAL
Pemakaian mtode harga jual untuk menilai persediaan
barang dagang yang akan dicantumkan dalam neraca, merupakan penyimpangan dari
prinsip harga pokok, tetapi metode ini akan dapat diterima apabila memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1. Jenis persediaan itu merupakan suatu produk
standar, yang pasarnya mampu menampung dan juga sulit untuk menentukan harga
pokoknya. Misalnya, produk yang berasal dari barang tambang seperti emas dan
perak, hasil-hasil pertanian dan peternakan.
2. Ada kepastian bahwa barang-barang itu akan dapat
segera dijual dengan harga yang telah ditetapkan. Apabila persediaan
dicantumkan dalam neraca sebesar harga jual bersihnya, maka metode penilaian
yang digunakan hendaknya dijelaskan dalam neraca.
PENILAIAN
PERSEDIAAN DALAM KONTRAK JANGKA PANJANG
Untuk
menentukan nilai persediaan dari suatu proyek jangka panjang, dapat dilakukan
dengan dua metode.
1. Metode
persentase penyelesaian
Pada metode persentase penyelesaian pengakuan
penghasilan dan penilaian persediaan kontrak progress dilakukan sebagai berikut
:
a. Penghasilan
diakui berdasarkan taksiran persentase penyelesaian kaliharga kontrak total.
Laba merupakan selisih lebih pengakuan
penghasilan diatas biaya total pada periode yang
bersangkutan.
b. Penilaian
persediaan kontrak dalam progress diakui sebesar biaya yang telah dikeluarkan
ditambah laba kotor yang diakui.
c. Persentase
penyelesaian dapat dihitung dari perbandingan biaya atau taksiran penyelesaian
fisik.
2. Metode kontrak selesai
Metode ini belum mengakui laba/rugi sebelum kontrak
selesai. Persediaan kontrak dalam progress diakui sebesar biaya yang telah
dibebankan.
Contoh :
PT. AGUS
BELINDO mengerjakan sebuah dam dalan waktu 3 tahun dengan harga kontrak
Rp. 100.000.000. Data biaya dan penagihan piutang sebagai berikut :
Tahun
|
Biaya dibebankan
|
Taksiran biaya untuk menyelesaikan
|
Termin difakturkan
|
Pembayaran termin
|
1
|
20.000.000
|
60.000.000
|
25.000.000
|
18.000.000
|
2
|
39.000.000
|
23.500.000
|
45.000.000
|
40.000.000
|
3
|
30.000.000
|
30.000.000
|
42.000.000
|
|
90.000.000
|
100.000.000
|
Transaksi
|
Jurnal
|
Metode persentase penyelesaian
|
Metode kontrak selesai
|
Tahun 1 :
a. Pengeluaran biaya
|
Kontrak
dalam progress
Per. Bahan, kas dll
|
20.000.000
(D)
20.000.000 (K)
|
20.000.000
(D)
20.000.000
(K)
|
b. Pengajuan termin
|
Piutang
Tagihan difakturkan
|
25.000.000
25.000.000
|
25.000.000
25.000.000
|
c. Pembayaran
termin
|
Kas
piutang
|
20.000.000
20.000.000
|
20.000.000
20.000.000
|
d. Pengakuan laba
|
1. Biaya-biaya
Kontrak
dalam progress
Penghasilan kontrak
2. Penghasilan kntrak
Biaya-biaya
Laba kontrak
|
20.000.000
5.000.000
25.000.000
25.000.000
20.000.000
5.000.000
|
Tidak ada jurnal
Tidak ada jurnal
|
Sumber :
Gade, muhammad dan said khaerul
wasif. Akuntansi keungan menengah 1. 2005. Jakarta :
Fakultas ekonomi umiverstitas
indonesia.
Simangungsong. Akuntansi
tingkat dasar 2. 1988. Jakarta : Karya utama.
Munandar,muhammad. Pokok-pokok
intermediate accounting. 1996. Sleman : Gadjah mada
university press.
3 komentar:
Kak misalnya ada soal persediaan barang dalam proses awal nya tidak diketahui itu cara mencarinya gimana
Kak minta file utuk penjelasan ini dong boleh ga
Posting Komentar