Rabu, 17 Juni 2015

AKTIVA TETAP


Nama  : Fatimah Adlia
Kelas   : 2 AC
AKTIVA TETAP
Pengertian Aktiva Tetap
Aktiva tetap ialah aktiva tetap berwujud yang mempunyai nilai guna ekonomis jangka panjang, dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasi guna menunjang perusahaan dalam mencapai tujuan dan dimiliki perusahaan tidak untuk dijual kembali agar diperoleh laba atas penjualan tersebut.
Suatu aktiva dapat dikategorikan sebagai aktiva tetap apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Milik perusahaan secara sah.
2. Digunakan untuk operasi/kegiatan perusahaan.
3. Mempunyai umur relatif permanen.
4. Masih mempunyai manfaat ekonomis untuk masa yang akan datang.
Aktiva tetap perusahaan dapat digolongkan menjadi 3, yaitu : (1) aktiva tetap berwujud; (2) sumber alam; (3) aktiva tetap tidak berwujud.
1. Aktiva Tetap Berwujud (Tangible Fixed Assets)
            Adalah aktiva yang mempunyai bentuk fisik dimiliki dan digunakan  oleh perusahaan karena memberikan manfaat ekonomis didalam proses untuk memperoleh penghasilan untuk berapa periode akuntansi.
Ciri-ciri aktiva tetap berwujud:
1.      Aktiva fisik artinya aktiva-aktiva tersebut dapat dilihat dan dapat di pegang atau di raba karna bentuk fisiknya ada.
2.      Dibeli untuk di pakai bukan untuk di jual kembali artinya aktiva tetap yang di beli oleh perusahaan di maksudkan untuk kegiatan operasi perusahaan dan bukan untuk di perjual belikan.
3.      Mempunyai manfaat atau umur ekonomis lebih dari satu tahun, Artinya aktiva-aktiva itu dapat di gunakan untuk jangka waktu yang panjang.


Berdasarkan umur manfaatnya aktiva tetap berwujud dapat digolongkan menjadi 2, yaitu yang umur manfaatnya tidak terbatas dan yang untuk manfaatnya terbatas.
a.  Aktiva tetap berwujud yang umur manfaatnya tidak terbatas.
Adalah aktiva tetap berwujud yang manfaat ekonomisnya tidak akan berkurang sebgai akibat pemakaian didalam kegiatan operasi.Pada umumnya elemen aktiva tetap berwujud yang umurnya tidak terbatas hanya satu, yaitu tanah, yang meliputi semua tanah yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk lokasi kegiatan perusahaan.
b. Aktiva tetap berwujud yang umur manfaatnya terbatas
adalah aktiva tetap berwujud yang manfaatnya akan berkurang sebagai akibat adanya pemakaian didalam kegiatan perusahaan. Elemen aktiva tetap berwujud yang manfaatnya terbatas antara lain :
1) Bangunan atau gedung
Bangunan meliputi semua bangunan yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan untuk lokasi kegiatan operasi perusahaan, seperti : bangunan toko, bangunan pabrik, bangunan kantor, dan lain-lain.
2) Mesin
Mesin-mesin meliputi semua mesin yang dimiliki dan digunakan perusahaan  untuk kegiataan operasi perusahaan. Elemen mesin, seperti :
-       Mesin yang dimiliki oleh perusahaan dagang.
-       Mesin yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dipakai dalam perluasaan di masa yang akan datang.
-       Mesin yang dimiliki dan merupakan produk dari perusahaan manufaktur yang membuat mesin dengan tujuan untuk dijual.

3) Mebel dan peralatan
Mebel dan peralatan meliputi semua mabel dan peralatan yang dimiliki dan digunakan didalam operasi perusahaan. Pada umumnya mebel dan peralatan digolongkan lagi atas dasar dalam bagian kegiatan mana mebel dan peralatan digunakan.

4) Kendaraan
Kendaraan meliputi semua kendaraan, baik bermotor maupun tidak bermotor yang dimiliki dan digunakan perusahaan.

5) Peralatan Kecil





2. Sumber Alam
Sumber alam meliputi semua tambang dan produk dari tanah yang masih alamiah. Apabila udah diambil sumber alam tersebut akan menjadi persediaan produk selesai atau persediaan bahan baku.

3. Aktiva Tetap Tidak Berwujud (Intangible Fixed Assets)
Meliputi semua aktiva tetap yang tidak termasuk aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap sumber alam. Aktiva jenis ini tidak memiliki bentuk fisik. Bentuknya adalah berupa hak atau manfaat.
Ciri- ciri aktiva tetap tidak berwujud
1.      Dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari BPR dan dapat dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu kontrak terkait aset atau kewajiban secara individual atau secara bersama.
2.      Muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya, terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dapat dipisahkan dari BPR atau dari hak dan kewajiban lainnya.
3.      Aset Tidak Berwujud dapat diperoleh secara eksternal melalui perolehan secara terpisah dan pertukaran aset, atau dihasilkan secara internal.
4.      Aset Tidak Berwujud hanya dapat diakui apabila berasal dari eksternal. Sedangkan biaya penelitian dan pengembangan yang terkait dengan upaya menghasilkan aset tidak berwujud secara internal tidak dapat diakui sebagai Aset Tidak Berwujud, kecuali merupakan bagian dari perolehan aset lain.

Berdasarkan umur manfaatnya aktiva tetao tidak berwujud dapat digolongkan menjadi 2, yaitu :

a. Aktiva tetap tidak berwujud yang umur manfaatnya terbatas.

Meliputi semua aktiva tetap tidak berwujud yang manafaat ekonomisnya hanya dapat dinikmati oleh perusahaan didalam jagka waktu tertentu. Setelah jangka waktu tersebut aktiva tetap tidak berwujud tersebut tidak dapat memberikan manfaat ekonomis lagi kepada perusahaan.
Umur manfaat ekonomis suatu aktiva tetap dibatasi oleh beberapa faktor, seperti :
-       Undang-undang atau peraturan yang berlaku
-       Sifat aktiva tetap itu sendiri.
-       Faktor-faktor ekonomi dan lain-lain yang mempengaruhi.



Elemen aktiva tetap tidak berwujud yang umur manfaatnya terbatas antara lain :
1) Beban-beban ditangguhkan (deffered charges) yang umurnya terbatas
Beban yang ditangguhkan meliputi semua pengeluaran untuk memperoleh manfaat ekonomis yang :
-       Dapat dinikmati lebih dari satu periode akuntansi.
-       Terjadinya tidak berulang-ulang.
Contohnya :
-       Persekot kontrak sewa jangka panjang.
-       Biaya pengeluaran obligasi.
-       Biaya penyusunan kembali aktiva tetap.
-       Dan sebagainya.
2) Hak patent (patents)
Adalah hak yang diberikan oleh pemerintah kepada suatu perusahaan atau lembaga atau seseorang untuk memproduksi, menjual, mengawasi hasil penemuannya.
3) Hak Cipta (copyright)
Adalah hak yang diberikan oleh pemerintah kepada suatu perusahaan atau lembaga atau seseorang untuk menerbitkan, memperbanyak, menjual atau mengawasi hasil karya tertulis, seni,atau musik dalam jangka waktu tertentu.
4) Good will yang umurnya terbatas
Adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba diatas rata-rata perusahaan lain di masa yang akan datang. Good will dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
-       Tempat yang strategis.
-       Mutu produk yang baik.
-       Pimpinan yang terpercaya.
-       Dan sebagainya.
5) Franchises yang umurnya terbatas
Adalah hak monopoli yang diberikan oleh pemerintah kepada suatu lembaga atau perusahaan untuk menyelengarakan atau mengusahakan sesuatu yang manfaatnya dapat dinikmati oleh umum, seperti :
-       Perusahaan air minum.
-       Perusahaan pos dan giro.
-       Hak pengusahaan hasil laut (HPHL)
-       Dan sebagainya.



b. Aktiva tetap tidak berwujud yang umur manafaatnya tidak terbatas
Meliputi semua aktiva tetap berwujud yang manfaatnya tidak akan berkurang sebagai akibat pemakaian. Oleh karena itu, aktiva tetap tidak berwujud ini dapat memberikan manfaat ekonomis kepada perusahaan dalam jangka waktu yang tidak terbatas.
Elemen aktiva tetap tidak terwujud yang umur manfaatnya tidak terbatas antara lain :
1) Beban ditangguhkan yang umurnya tidak terbatas.
2) Nama, merk dan cap dagang atau perusahaan.
3) Good will yang umurnya tidak terbatas.
4) Franchises yang umurnya tidak terbatas.

Pengendalian intern terhadap aktiva tetap
Pengendalian terhadap aktiva tetap bertujuan agar :
1. Hanya aktiva tetap yang diperlukan perusahaan saja yang dibeli.
2. Perolehan aktiva tetap telah mendapatkan otorisasi dari pejabat yang berwenang.
3. Semua pengeluaran yang berhubungan dengan aktiva tetap telah diperlakukan secara tepat.
4. Pemberhentian aktiva tetap telah mendapata otorisasi dari pejabat yang berwenang.
5. Laba atau rugi yang ditimbulkan dari pemberhentian aktiva tetap telah diperlakukan secara 
    tepat.
Akuntansi Aktiva Tetap
Akuntansi aktiva tetap dapat dibagi kedalam 3 tahap, yaitu :
1. Pada saat perolehan
Masalah yang timbul saat perolehan aktiva tetap adalah penentuan jumlah dan elemen harga pokok dan pencatatannya.
2. Selama pemakaian
Masalah yang timbul meliputi :
-       Penentuan dan pencatatan (depersiasi), deplesi, dan amortisasi.
-       Perlakuan terhadap pengeluaran yang berhubungan dengan aktiva tetap.
3. Pada saat pelepasan
Masalah yang timbul meliputi :
-       Penentuan dan penyesuaian nilai buku.
-       Pencatatan terhadap pelepasan aktiva tetap dan pengakuan terhadap laba atau rugi yang diakibatkan oleh pelepasan aktiva tetap tersebut.

Harga Pokok Aktiva Tetap
Harga perolehan yang berhubungan dengan aktiva tetap disebut harga pokok aktiva tetap. Jumlah dan elemen harga pokok aktiva tetap akan tegantung pada jenis dan cara perolehan aktiva tetap.

Cara – Cara Perolehan Aktiva Tetap
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan berikut ini akan dibahas tetang harga perolehan.

1.       Pembelian Tunai
Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan.
Contoh : 
Sebuah computer merk Dell dibeli dengan harga Rp. 7.500.000 dengan potongan tunai 10 %  biaya yang dikeluarkan untuk install  komputer dan pemasangan hingga siap digunakan sebesar Rp. 250.000. maka harga perolehan komputer tersebut dapat dihitung sebagai berikut : 
Harga beli                     :          7.500.000
Potongan tunai 10 %  :                 750.000 –
                                                6.750.000
Biaya install dan pasang :             250.000 +
Harga Perolehan                       7.000.000

Jurnal untuk mencatat perolehan aktiva tetap adalah 
Komputer    7.000.000
Kas                  7.000.000
2.       Pembelian secara gabungan
Harga perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang bersangkutan.
Contoh : 
PT LISA pada tanggal 1 Januari 2010  membeli tanah, gedung dan peralatan  dengan harga total Rp 100.000.000,- dan harga pasar masing- masing sebesar Rp 45.000.000,- untuk tanah, Rp 75.000.000,- untuk gedungnya dan      Rp 30.000.000,- untuk peralatan. Hitunglah alokasi harga perolehan masing-masing aktiva tersebut dan buatlah jurnalnya.  
Golongan        Harga Pasar     % dari HP & Perhitungan               Alokasi
Tanah             45.000.000         30 % x 100.000.000                30.000.000
Gedung          75.000.000          50 % x 100.000.000                50.000.000
Peralatan        30.000.000          20 % x 100.000.000                20.000.000
                      150.000.000                   100 %                          100.000.000

  Jurnal untuk mencatat pembelian aktiva tetap secara gabungan
  Tanah, gedung & peralatan  100.000.000
            Kas                                          100.000.000                
Jurnal untuk mencatat alokasi harga perolehan masing-masing aktiva
Tanah                                                              30.000.000
Gedung                                               50.000.000
Peralatan                                                         20.000.000
 Tanah, gedung & peralatan                            100.000.000 

3.       Perolehan Melalui Pertukaran
a.    Ditukar dengan Surat-surat Berharga
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau Obligasi perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan sebagai penukar
b.    Ditukar dengan aktiva tetap yang lain
Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara tukar-menukar atau sering disebut “tukar tambah”. Dimana aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru ada dua jenis pertukaran yaitu :
1.            Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis
2.            Pertukaran aktiva tetap yang sejenis

4.      Pembelian angsuran
Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga.
Contoh :
Dibeli sebuah mesin dengan 60 kali angsuran bulanan @ Rp 500.000,-
Harga tunai mesin tersebut Rp 24.000.000,-
Jurnalnya:
Mesin                                                  Rp 24.000.000,-
Bunga yang ditangguhkan                   Rp   6.000.000,-
          Utang angsuran                                                             Rp 30.000.000,-

Penjelasan:
Aktiva yang dibeli secara kredit/angsuran jangka panjang, harus dicatat sebesar harga tunainya. Selisih antara harga tunai dengan jumlah seluruh angsuran diperlukan sebagai bunga, dan dialokasikan secara proporsional sebagai beban bunga periode-periode selama masa kontrak pembelian.

Untuk mencatat setiap angsuran dijurnal sebagai berikut:

Utang angsuran                                   Rp 500.000,-
Beban bunga                                       Rp 100.000,-
         Bunga yang ditangguhkan                                  Rp 100.000,-
         Kas                                                                     Rp 500.000,-

5.     Diperoleh dari Hadiah atau Donasi
   Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi, pencatatannya bisa dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan.
Contoh:
 Misalkan tanggal 1 Juni 2009 PT X menerima hadiah berupa 5 unit komputer sebesar Rp 15.000.000,-  dan PT X mengeluarkan biaya sebesar Rp 100.000. Maka perolehan tersebut dicatat sebagai berikut: 
1/06/2009     Komputer     15.000.000,-
              Modal hadiah     14.900.000,-
               Kas            100.000,-

6.         Aktiva yang Dibuat sendiri
Perusahaan mungkin membuat sendiri aktiva tetap yang diperlukan seperti gedung, alat-alat dan perabotan. Pembuatan aktiva ini biasanya dengan tujuan untuk mengisi kapasitas atau pegawai yang masih diam.

Biaya – Biaya Selama Masa Penggunaan Aktiva
Aktiva tetap yang dimiliki dan digunakan dalam usaha perusahaan akan memerlukan pengeluaran-pengeluaran yang tujuannya adalah agar dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat dikelompokan menjadi :
1.         Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dapat merupakan biaya yang jumlahnya kecil jika reparasinya bisa dan jumlahnya cukup besar jika reparasinya besar. Reparasi besar biasanya terjadi setelah beberapa tahan, sehingga dapat dikatakan bahwa manfaat reparasi seperti ini akan dirasakan dalam beberapa periode. Oleh karena itu biaya reparasi besar dikapitalisasi dan pembebanannya sebagai biaya dilakukan dalam periode-periode yang menerima manfaat.
2.         Penggantian
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengganti aktiva atau suatu bagian aktiva dengan unit yang baru yang tipenya sama.
3.         Perbaikan
Adalah penggantian suatu aktiva dengan aktiva baru untuk memperoleh kegunaan yang lebih besar.
4.         Penambahan
Adalah memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aktiva seperti penambahan ruang dalam bangunan ruang parker dan lain-lain.
5.         Penyusunan Kembali aktiva tetap
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penyusunan kembali aktiva atau perubahan route produksi atau untuk mengurangi biaya produksi, jika jumlahnya cukup berarti dan manfaat penyusunan kembali itu akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi maka harus di kapitalisasi.






Perhitungan harga pokok berbagai jenis aset tetap dapat diuraikan sebagai berikut : 

1.  Harga pokok tanah
            Perhitungan harga pokok tanah dilakukan untuk semua biaya-biaya yang dikeluarkan yang mencakup (a)harga pembelian, (b)biaya pengacara dan biaya pencatatan, (c) biaya yang dikeluarkan sampai tanah siap digunakan (misal pengurukan). Apabila tanah akan
digunakan untuk pembangunan gedung maka semua biaya yang dikeluarkan pembongkaran gedung lama, pembersihan, perataan dan pengurukan, sampai penggalian untuk gedung baru dianggap sebagai harga pokok tanah.

2.  Harga pokok gedung
            Perhitungan harga pokok gedung dilakukan dari semua biaya yang dikeluarkan mulai dari (1) bahan bangunan, tenaga kerja,  overhead bangunan, selama pembangunan (2)biaya tenaga kerja profesional dan izin bangunan, sampai akuisisi bangunan, diperhitungkan
sebagai harga pokok gedung.

3.  Harga pokok kendaraan
            Perhitungan harga pokok kendaraan dilakukan dari semua pengeluaran yang terjadi untuk mengakuisisi kendaraan tersebut. Perhitungan ini meliputi harga beli, biaya perakitan (assembling), biaya pengurusan surat kendaraan, biaya makelar jika ada. 

4.  Harga pokok  peralatan kantor
            Perhitungan harga pokok peralatan (perabotan, mebel, peralatan) dilakukan mulai dari harga pembelian, biaya pengangkutan,biaya perakitan, biaya makelar jika ada, dan biaya lain yang mungkin ada dalam proses pengakuisisian peralatan kantor tersebut.

5.  Harga pokok mesin-mesin pabrik
            Perhitungan harga pokok mesin-mesin pabrik dilakukan mulai dari harga pembelian, biaya angkut, biaya perakitan, biaya uji coba pemakaian peralatan, biaya ahli yang melatih cara penggunaan mesin dan biaya makelar jika ada, semua dimasukkan sebagai biaya akuisisi
mesin-mesin pabrik.

Penyusutan Aktiva Tetap Berwujud
Pengertian penyusutan
Penyusutan aktiva tetap adalah alokasi harga pokok aktiva tetap yang bersangkutan yang umur manfaatnya terbatas pada periode-periode yang menikmati manfaatnya secara sistematis dan rasional.




Karakteristik aktiva tetap yang dapat disusutkan
a. Digunakan dalam kegiatan usaha.
b. Nilainya menurun secara bertahap.
    Beberapa aktiva yang tidak dapat disusutkan karena nilainya tidak menurun adalah tanah,
    aktiva pendanaan, barang dagangan, dan persediaan.
c. Disusutkan jika masa manfaat lebih dari satu tahun. Untuk aktiva tetap tak berwujud,
    penyusutannya disebut amortisasi.
d. Pihak yang berhak melakukan penyusutan adalah:
·     Pihak yang menggunakan aktiva tetap tersebut dalam kegiatan usaha.
·     Pemilik, dapat dibagi menjadi legal owner dan beneficial owner.
e. Saat dilakukan penyusutan pada saat pertama kali digunakan.
f. Dasar penyusutan dalah harga perolehan atau harga revaluasi. Harga penggantian tidak
boleh menjadi dasar penyusutan.

Kriteria aktiva yang disusutkan 
·         Diharapkan digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.
·         Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas.
·         Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi atau memasok barang atau jasa, untuk disewakan, atau tujuan administrasi.

Sebab-Sebab Depresiasi
Faktor-faktor yang menyebabkan depresiasi bisa dikelompokkan menjadi 2 yaitu :[1]
a.     Faktor-faktor Fisik
Faktor-faktor fisik yang mengurangi fungsi aktiva tetap adalah aus karena di pakai (wear and tear), aus karena umur (deterioration and decay) dan kerusakan-kerusakan.
b.    Faktor-faktor fungsional
Faktor-faktor fungsional ynag membatasi umur aktiva tetap antara lain, ketidak mampuan aktiva untuk memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti dan karena adanya perubahan permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan, atau karna adanya kemajuan teknologi sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis lagi jika dipakai.











Metode penentuan besarnya penyusutan akiva tetap

Faktor-Faktor yang Menentukan Penyusutan

Jumlah yang dibebankan sebagai penyusutan ditentukan oleh adanya empat faktor, yaitu:
1.  Harga Perolehan
Harga perolehan adalah seluruh pengeluaran untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan untuk beroperasi. Jumlah tersebut merupakan jumlah harga perolehan suatu aktiva.

2. Umur Ekonomis
Umur ekonomis suatu aktiva adalah perkiraan jumlah waktu suatu aktiva  tetap dapat digunakan dan masih memberikan hasil yang layak (ekonomis).Umur ekonomis dibatasi sampai dengan saat suatu aktiva tetap diperkirakan sudah tidak ekonomis lagi apabila digunakan, misalnya apabila digunakan biaya perawatannya lebih besar dibandingkan dengan hasil yang diberikan oleh aktiva tetap tersebut.
Jadi, yang dimaksud dengan umur ekonomis ini tidak menuggu sampai suatu aktiva tetap secara fisik tidak dapat digunakan. Hal ini berbeda dengan umur teknis yang mengaitkan umur suatu aktiva dengan dapat atau tidaknya dioperasikan.

3.   Nilai Sisa
Nilai sisa adalah perkiraan nilai jual aktiva tetap pada akhir pemakaian atau pada akhir umur ekonomisnya. Nilai sisa ini akan menentukan jumlah suatu obyek yang akan disusut.
      
       4.  Metode Penyusutan
Faktor keempat yang mempengaruhi jumlah penyusutan periodik adalah metode yang digunakan oleh perusahaan Untuk menetukan metode apa yang akan digunakan oleh perusahan, perusahaan harus menghubungkan dengan faktor-faktor ekonomi di atas, misalnya keausan, teknologi dan sebagainya.


Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Dalam Standar Akuntansi Keuangan dijelaskan bahwa penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut :
1. Berdasarkan waktu
a. Metode garis lurus (straight line method)
b. Metode pembebanan yang menurun
         Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method)
         Metode saldo menurun / saldo menurun ganda (declining / double declining balance method)

2. Berdasarkan pengunaan
a. Metode jam jasa (service hours method)
b. Metode jumlah unit produksi (productive output method)
3. Berdasarkan kriteria lainnya
a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (grup and composite method)
b. Metode anuitas (annuity method)
c. Sistem persediaan (inventory systems)

Dari berbagai macam metode di atas, dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :
1. Berdasarkan waktu
Metode penyusutan yang didasarkan atas waktu ini digunakan apabila umur ekonomis aktiva tetap sangat dipengaruhi oleh berlalunya waktu dan bukan pada penggunaannya.
a. Metode garis lurus (straight line method)
Metode garis lurus ini tepat digunakan apabila manfaat ekonomis yang diharapkan dari aktiva tetap tersebut setiap periode sama. Sehingga, apabila metode garis lurus ini menghasilkan beban penyusutan yang jumlahnya sama setiap periode, maka akan terjadi pembandingan yang tepat antara pendapatan dengan biaya. Karena manfaat ekonomis yang diharapkan dari aktiva tetap setiap periode sama ini akan menghasilkan pendapatan yang sama setiap periode. Alasan tambahan yang mendukung metode garis lurus ini adalah apabila biaya pemeliharaan setiap periode sama. Sehingga pembandingan yang tepat dapat dilakukan dengan membandingkan biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan yang tetap periode dengan pendapatan yang juga sama setiap
Rumusnya:

Penyusutan =   Harga perolehan - nilai residu 
                            -----------------------------------
                                     umur ekonomis

Dapat juga dicari dengan cara lain:

- Menghitung tarif penyusutan tiap tahun
  
            Tarif penyusutan =           100 %
                                            -----------------
                                            umur ekonomis


- Menghitung beban penyusutan tiap tahun

            Beban penyusutan = tarif penyusutan x (harga perolehan – nilai residu)

- Menghitung nilai buku aktiva tetap

            Harga buku aktiva tetap = harga perolehan – akumulasi penyusutan
Contoh :
Sebuah mesin pabrik mempunyai harga perolehan sebesar Rp. 55.000.000,00. Diperkirakan mempunyai umur ekonomis selama  5 tahun dengan nilai residu sebesar Rp 5.000.000,-. Maka penyusutan per tahunnya adalah
Penyusutan = (Rp. 55.000.000,00 – Rp. 5.000.000,00)/5
= Rp. 10.000.000,00
b. Metode pembebanan yang menurun
Metode pembebanan menurun ini tepat digunakan apabila manfaat ekonomis yang diharapkan dari aktiva tetap tersebut selalau menurun setiap periode. Sehingga di dalam metode ini biaya penyusutan yang menurun setiap periode dibandingkan dengan pendapatan yang juga menurun setiap periode, agae dapat dicapai perbandingan yang tepat antara biaya dengan pendapatan.
Alasan yang mendukung metode beban menurun ini adalah adanya biaya reparasi dan pemeliharaan yang setiap tahun meningkat. Sehingga kombinasi biaya penyusutan yang menurun setiap periode dengan biaya reparasi dan biaya pemeliharaan yang meningkat setiap periode akan menghasilkan.
Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method)
Metode ini adalah salah satu metode penyusutan yang dipercepat. Dasar penyusutan dalam metode ini sama dengan metode garis lurus yaitu taksiran nilai buku aktiva (Nilai perolehan-taksiran residu). Tarif penyusutan ditentukan dalam bentuk pecahan yang dihitung dengan cara sebagai berikut. Apabila umur aktiva sama dengan 4 tahun maka penyebut angka pecahannya adalah jumlah angka tahun yaitu 1 + 2 + 3 + 4 = 10. Angka pembilang pada tahun pertama sampai dengan keempat masing-masing adalah 4,3,2, dan 1. Tarif penyusutan tahun pertama adalah 4/10, 3/10, 2/10 dan 1/10.
Rumus:

Penyusutan=        sisa umur penggunaan
                            ---------------------------- x (harga perolehan - nilai residu)
                                jumlah angka tahun


Contoh :
Harga perolehan Rp 6.000.000,00 dengan taksiran nilai residu risidu Rp 1.000.000,00. Dasar penyusutan adalah Rp5.000.000,00 dengan umur pemakaian ekonomis 4 tahun.
Tahun            Tarif              Dasar penyusutan                     Penyusutan
1.                     4/10             Rp. 5.000.000,00                   Rp. 2.000.000,00
2                      3/10             Rp. 5.000.000,00                   Rp.  1.500.000,00
3                      2/10             Rp. 5.000.000,00                   Rp.  1.000.000,00
4                      1/10             Rp. 5.000.000,00                   Rp.      500.000,00
Jumlah                                                                                Rp.  5.000.000,00
Metode saldo menurun / saldo menurun ganda (declining / double declining balance method)
Metode jumlah menurun ini akan menghasilkan beban penyusutan yang menurun setiap periode. Metode ini beranggapan bahwa aktiva baru sangat besar peranannya dalam usaha mendapatkan penghasilan, peranan aktiva tersebut semakin lama semakin mengecil seiring dengan semakin tuanya aktiva tersebut. Tarif pajak dalam metode ini ditentukan terlebih dahulu dan besarnya sama untuk setiap tahun.
Penyusutan dihitung dengan mengalikan tarif dengan nilai buku yang semakin kecil.
Rumus:
Penyusutan = [2 x (100% : umur ekonomis)] x harga buku aktiva tetap.

Contoh :
Harga perolehan Rp 6.000.000.00 dengan taksiran nilai residu risidu Rp 1.000.000,00. Dasar penyusutan adalah Rp5.000.000,00 dengan umur pemakaiain ekonomis 4 tahun. Ditentukan bahwa tarif pajak adalah 50% per tahun. Dengan demikian penyusutan tiap tahun adalah sebagai berikut :
Contoh :
Tahun              Nilai buku                    Tarif                             Penyusutan
1                    Rp 6.000.000,00             50%                           Rp 3.000.000,00
2                    Rp 3.000.000,00             50%                           Rp 1.500.000,00
3                    Rp 1.500.000,00             50%                           Rp     750.000,00
4                    Rp 750.000,00                50%                           Rp     375.000,00

2. Berdasarkan pengunaan
a. Metode jam jasa (service hours method)
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (terutama mesin-mesin) akan lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time). Dalam cara ini beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Beban penyusutan periodik besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa yang terpakai (digunakan).

Metode ini dihitung dengan rumus :
Penyusutan per jam = (harga perolehan – nilai residu) / taksiran jam jasa
Penyusutan per tahun = penyusutan per jam x jam penggunaan
Contoh :
Sebuah pesawat terbang dibeli dengan harga Rp. 100.000.000,00. Diperkirakan akan memberikan jasa penerbangan 10.000 jasa jam terbang. Pada tahun 2008 diperkirakan digunakan selama 1.500 jam terbang. Maka penyusutan selama tahun 2008 dihitung :
Penyusutan per jam = Rp. 100.000.000,-/10.000 = Rp. 10.000,-
Penyusutan tahun 2008 = Rp. 10.000,00 x 1.500
= Rp. 15.000.000
b. Metode jumlah unit produksi (productive output method)
Dalam metode ini umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga penyusutan tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi hasil produksi. Penyusutan dihitung sebagai berikut :
Rumus:
Penyusutan per tahun = jml produksi  setahun x penyusutan per unit
penyusutan per unit = (harga perolehan-nilai residu)/taksiran jml produksi
Contoh :
Sebuah mesin pabrik mempunyai harga perolehan sebesar Rp 55.000.000,00 diperkirakan mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp 5.000.000,00 serta diperkirakan dapat menghasilkan unit produksi selama 5 tahun sebagai berikut :
Tahun Ke-1 = 15.000 unit
Tahun Ke-2 = 12.500 unit
Tahun Ke-3 = 10.000 unit
Tahun Ke-4 = 7.500 unit
Tahun Ke-5 = 5.000 unit
Maka besarnya penyusutan adalah :
Penyusutan per unit  = (Rp.55.000.000,00 – Rp. 5.000.000,00)/50.000 = Rp. 1.000
Penyusutan per tahun :
Tahun              unit produksi               Tarif                        Penyusutan
1                            15.000                  Rp. 1000              Rp 15.000.000,00
2                            12.500                  Rp. 1000              Rp 12.500.000,00
3                            10.000                  Rp. 1000              Rp 10.000.000,00
4                              7.500                  Rp. 1000              Rp 7.500.000,00
5                              5.000                  Rp. 1000              Rp. 5.000.000,00

Amortisasi Untuk Aktiva Tak Berwujud
Amortisasi atas pengeluaran harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, dilakukan dengan metode garis lurus (straight-line method) dan atau metode saldo menurun (declining balance method) secara taat azas.
Kelompok Harta Tak Berwujud
Masa Manfaat
Tarif Amortsasi berdasarkan metode garis lurus
Tarif Amortsasi berdasarkan metode saldo menurun


Kelompok 1
4 tahun
25%
50%

Kelompok 2
8 tahun
12,50%
25%

Kelompok 3
16 tahun
6,25%
12,50%

Kelompok 4
20 tahun
5%
10%

  • Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi sesuai dengan tabel masa manfaat dan tarif amortisasi.
  • Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain di bidang penambangan minyak dan gas bumi dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi.
Metode satuan produksi dilakukan dengan menerapkan persentase amortisasi yang besarnya setiap tahun sama dengan persentase perbandingan antara realisasi penambangan minyak dan gas bumi pada tahun yang bersangkutan dengan taksiran jumlah seluruh kandungan minyak dan gas bumi di lokasi tersebut yang dapat diproduksi. Apabila ternyata jumlah produksi yang sebenarnya lebih kecil dari yang diperkirakan, sehingga masih terdapat sisa pengeluaran untuk memperoleh hak atau pengeluaran lain, maka atas sisa pengeluaran tersebut boleh dibebankan sekaligus dalam tahun pajak yang bersangkutan.
  • Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain minyak dan gas bumi, hak pengusahaan hutan, dan hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya, dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi paling tinggi 20% setahun.
Contoh :
PT Asti Jaya pada tanggal 4 November 2001 mengeluarkan uang sebanyak Rp. 100.000.000,00 untuk memperoleh hak lisensi dari Phoenixcyle Ltd. selama 4 tahun untuk memproduksi Sepeda Phoenix. Perhitungan amortisasi hak lisensi tersebut adalah sebagai berikut:


Alternatif I : Metode Garis Lurus
Amortisasi tahun 2001:
25% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2002:
25% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2003:
25% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2004:
25% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
 Alternatif II : Metode Saldo Menurun
Amortisasi tahun 2001:
50% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 50.000.000,00
Amortisasi tahun 2002:
50% x (Rp. 100.000.000,00 – Rp. 50.000.000,00)
50% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2003:
50% x (Rp. 50.000.000,00 – Rp. 25.000.000,00)
50% x Rp. 25.000.000,00 = Rp. 12.500.000,00
Amortisasi tahun 2004:
Karena tahun 2004 merupakan akhir masa manfaat, maka pada tahun 2004 seluruh sisa nilai buku diamortisasikan  sekaligus sehingga amortisasi tahun 2004 adalah:
(Rp. 25.000.000,00 – Rp. 12.500.000,00) = Rp. 12.500.000,00




Pengeluaran-Pengeluaran Modal Dan Pendapatan
Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan penggunaan aset tetap dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1.   Capital expenditure/pengeluaran modal
Merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi dan akan dicatat dalam rekening aset (dikapitalisasi).
2.   Revenue expenditure/pengeluaran pendapatan
Merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan dan dicatat dalam rekening biaya.
Namun dengan alasan kepraktisan, dilakukan penyimpangan antara lain:
1.   Sebagai revenue expenditure apabila:
      a.   jumlah pengeluaran relatif kecil
      b.   manfaat di masa yang akan datang tidak begitu berarti
      c.   sulit mengukur manfaat di masa yang akan datang
2.   Sebagai capital expenditure apabila pengeluaran di atas jumlah tertentu dan jelas-jelas memberikan manfaat untuk periode-periode yang akan datang.
DEPLESI

Pengertian Deplesi
Berkurangnya harga perolehan (cost) atau nilai sumber-sumber alam seperti tambang dan hutan kayu yang disebabkan oleh perubahan (pengolahan) sumber-sumber alam tersebut sehingga menjadi persediaan disebut deplesi. Beberapa perbedaan antara deplesi dan depresiasi adalah sebagai berikut :
  Deplesi merupakan pengakuan terhadap pengurangan kuantitatif yang terjadi dalam sumber-sumber alam, sedangkan depresiasi merupakan pengakuan terhadap pengurangan service (manfaat ekonomi) yang terjadi dalam aktiva tetap.
  Deplesi digunakan untuk aktiva tetap yang tidak dapat diganti langsung dengan aktiva yang sama jika sudah habis, sedangkan depresiasi digunakan untuk aktiva tetap yang pada umumnya dapat diganti jika sudah habis.
  Deplesi adalah pengakuan terhadap perubahan lengsung dari suatu sumber alam menjadi barang yang dapat dijual, sedangkan depresiasi adalah alokasi harga perolehan ke pendapatan periode yang bersangkutan untuk suatu service yang dihasilkan (kecuali dalam perusahaan di mana depresiasi di hitung berdasar hasil produksi).




Metode Perhitungan Deplesi
Untuk menghitung deplesi ada 3 hal yang harus diperhatikan yaitu :
a)   Harga perolehan aktiva
Dalam hal sumber-sumber alam, harga perolehannya adalah pengeluaran sejak memperoleh izin sampai sumber alam itu dapat diambil hasilnya. Jika kumpulan pengeluaran itu terlalu kecil maka dilakukan penilaian terhadap sumber alam tersebut.
b)  Taksiran nilai sisa apabila sumber alam suda selesai dieksploitasi.
c)   Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitasi.

Revisi Perhitungan Deplesi
Koreksi terhadap deplesi dapat dilakukan dengan 2 cara sebagai berikut:
  Deplesi tahun-tahun lalu yang sudah dicatat dikoreksi, begitu juga untuk deplesi yang akan datang.
  Deplesi tahun-tahun lalu yang sudah dicatat tidak dikoreksi, tetapi deplesi tahun-tahun yang akan datang dilakukan dengan data yang terakhir.

Penilaian aktiva tetap
Aktiva tetap akan dinilai berdasarkan prinsip harga pokok dan prinsip mempertemukan. Berdasarkan prinsip harga pokok, maka aktiva tetap akan dinilai atas dasar harga pokok atau harga perolehan. Berdasarkan prinsip mempertemukan,untuk aktiva tetap yang umurnya terbatas, harga pokok tersebut harus dibebankan selama jangka waktu yang menikmati manfaatnya. Dengan demikian aktiva tetap yang umurnya terbatas akan dinilai atas dasar harga pokok dikurangi dengan bagian harga pokok yang telah dibebankan sampai dengan saat yang bersangkutan. Bagian dari harga pokok yang telah dibebankan pada periode yang menikmati manfaat ekonomis aktiva tetap itu disebut :
-       Penyusutan atau depresiasi untuk aktiva tetap berwujud.
-       Depresiasi untuk sumber alam.
-       Amortisasi untuk aktiva tetap tidak berwujud.
Dengan demikian berdasarkan prinsip harga pokok dan prinsip mempertemukan maka aktiva tetap akan dinilai sebesar nilai bukunya. Nilai buku tersebut besarnya dapat dinyatakan sebagai berikut :
-       Harga pokok, untuk aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas.
-       Harga pokok yang belum disusut, untuk aktiva tetap berwujud yang umur manfaatnya terbatas.
-       Harga pokok yang belum dideplesi, untuk aktiva tetap sumber alam.
-       Harga pokok yang belum diamortisasi, untuk aktiva tetap tidak berwujud yang umur manfaatnya terbatas.
Selama menggunakan aktiva tetap, harga pokok tersebut dapat berubah, yaitu apabila :
-       Terjadi pengeluaran yang menambah aktiva tetap.
-       Diadakan penilaian kembali (revaluasi) terhadap aktiva tetap.


Revaluasi Aset Tetap (Penilaian Kembali Aset Tetap)
REVALUASI ASET TETAP
Revaluasi adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut di pasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar.

Tujuan penilaian kembali :
Tujuan penilaian kembali aset tetap perusahaan dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan perhitungan penghasilan dan biaya lebih wajar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yang sebenarnya.

 Manfaat :
(1) Neraca menunjukan posisi kekayaan yang wajar.
(2) Kenaikan niali aset tetap, mempunyai konsekuensi naiknya beban penyusutan aset tetap yang dibebankan ke dalam laba rugi, atau dibebankan ke harga pokok produksi.

Kendala yang dihadapi untuk melakukan revaluasi ini :
Kegiatan revaluasi ini tergolong kegiatan yang tidak mudah untuk dilaksanakan dan memerlukan biaya yang besar untuk membayar jasa penilai.

 Aset Tetap yang Dapat Dinilai Kembali
Aset tetap perusahaan yang dapat dinilai kembali adalah aset tetap berwujud yang terletak atau yang berada di Indonesia yang dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan ojek pajak.
 
Nilai Pasar atau Nilai Wajar
Penilaian kembali aset tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aset tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali yang ditetapkan oleh perusahaan jasa atau ahli penilai yang diakui/ memperoleh izin pemerintah.

PENURUNAN NILAI DALAM MODEL REVALUASI
Penurunan nilai setelah diakuinya kenaikan nilai diperlakukan sebagai pengurangan surplus revaluasi yang telah terbentuk. Penurunan berikutnya diakui sebagai beban.
Contoh :
Saldo mesin PT Jambia, Tbk. per 31-12-2012 Rp36 juta; penyusutan kumulatif Rp9 juta. Nilai buku Rp27 juta. Kenaikan nilai setahun silam Rp16 juta, tampak di surplus revaluasi (kredit) yang tidak ditransfer ke laba ditahan. Nilai wajar aset tetap sekarang Rp8 juta è intinya turun Rp19 juta. Hitunglah penurunan nilai dan buatlah jurnal revaluasi. Demi kepraktisan, abaikanlah pajak tangguhan.

Jawab :
Nilai wajar 8.000.000
Jumlah tercatat (36.000.000-9.000.000) (27.000.000)
Penurunan nilai 19.000.000
Diakui sebagai pengurangan surplus revaluasi (16.000.000)
Beban (rugi) penurunan nilai diakui dalam L/R 3.000.000

Jurnal :
31 Des Akumulasi penyusutan mesin               9.000.000
            Surplus Revaluasi                                16.000.000
            Rugi penurunan nilai mesin                   3.000.000
                                                Mesin                                      28.000.000

Penjurnalan Penjualan Aktiva Tetap
Ketika barang berupa aset tetap dijual, bebean depresiasi assets (depreciation expense) harus sesuai dengan tanggal  penjulan tersebut, kemuadian analoghi penjurnalanya adalah kita menghilangkan cost dari aset dan akumulasi depresiasinya dan menimbulkan sejumlah uang yang kita terima dari penjualan aset itu dan memasukan bedanya sebagai gain/loss on disposal of FA.
Contoh, sebuah perusahaan menjual sebuah mesin pada tanggal  31 Januari 2010 seharga Rp 50,000,000. Akumulasi Depresiasi terakhir tercatat di 31 Desember sebesar Rp 400.000.000 dengan taksiran depresiasi perbulan Rp 4,000,000. Buku besar menunjukan bahwa harga perolehan mesin adalah sebesar Rp 500,000,000.
Pada akhir januari pertama-tama perusahaan akan menjurnal  beban depresiasi sebesar Rp 4,000,000 untuk bulan Januari.
Tanggal
Keterangan
Debit
Kredit
31 Jan 2010
Depr Exp
Rp 4.000.000


Accum. Depr

Rp 4.000.000

Dengan adanya jurnal tersebut, maka akumulasi depresiasi untuk mesin tersebut menjadi Rp 404,000,000. Sehingga jurnal penjulanya yaitu :
Tanggal
Keterangan
Debit
Kredit
31 Jan 2010
Cash
50,000,000


Accum. Depr
404,000,000


Loss on disposal FA
46,000,000


Machine

500,000,000


Perhitungan :
Harga perolehan
500,000,000
Akumulasi Depresiasi
404,000,000
Book Value
96,000,000
Harga jual
50,000,000
Loss on disposal
46,000,000

Pertukaran Aktiva Tetap
Banyak pembelian aktiva yang dilakukan dengan cara tukar-menukar, atau sering disebut “tukar tambah”, di mana aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru, baik seluruhnya atau sebagian dan kekurangannya dibayar tunai. Dalam keadaan seperti ini, PSAK No. 16 menyatakan bahwa harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh dinilai sebesar nilai wajar aktiva tetap yang dilepas atau diperoleh, mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva tetap yang dilepaskan setelah disesuaikan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer. Ada masalah yang timbul bila harga pasar aktiva lama naupun baru tidak dapat ditentukan. Dalam hal ini nilai buku aktiva lama akan digunakan sebagai dasar pencatatan pertukaran tersebut. Selain masalah diatas, masalah lainnya adalah pengakuan rugi atau laba yang timbul karena adanya pertukaran aktiva tetap tersebut. Pembicaraan mengenai masalah rugi atau laba pertukaran akan dipisahkan menjadi dua yaitu pertama untuk pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis dan kedua, untuk pertukaran aktiva tetap yang sejenis. Pertukaran aktiva tetap sejenis oleh PSAK No. 16 diatur untuk tidak mengakui adanya keuntungan atau kerugian, dan biaya (harga) perolehan aktiva tetap baru adalah jumlah tercatat dari aktiva tetap yang dilepaskan.
1.   Pertukaran Aktiva Tetap yang Sejenis
Pertukaran aktiva tetap yang sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya sama seperti pertukaran mesin produksi merek A dengan merek B, truk merek A dengan merek B, dan seterusnya. Dalam hubungannya dengan aktiva tetap yang sejenis PSAK No. 16 menyatakan bahwa laba atau rugi yang timbul akibat perbedaan nilai wajar aktiva tetap yang diperoleh dengan yang diserahkan tidak boleh diakui, sehingga selisihnya akan digunakan untuk mengkoreksi nilai wajar aktiva yang diperoleh. Bila terdapat selisih nilai wajar, maka nilai wajar aktiva tetap baru ditetapkan sebesar nilai buku aktiva yang dilepaskan. Sebaliknya bila nilai buku aktiva yang dilepaskan lebih tinggi dari nilai wajar aktiva yang diterima, maka nilai buku aktiva yang diserahkan harus diturunkan, dan nilai baru sesudah penurunan digunakan sebagai nilai wajar aktiva yang diterima. Apabila dalam transaksi pertukaran itu perusahaan harus membayar uang dalam jumlah tertentu, maka harga perolehan aktiva yang diterima sama dengan nilai buku aktiva yang dilepaskan ditambah uang yang dibayarkan. Sebaliknya apabila perusahaan menerima uang dalam transaksi pertukaran itu, maka harga perolehan aktiva yang diterima adalah sebesar nilai buku aktiva yang dilepaskan dikurangi uang yang diterima.
Contoh 1: Pertukaran dengan mengeluarkan kas.
Misalnya, PT Risa Fadila menukarkan truk merek A dengan truk merek B. Harga perolehan truk A sebesar Rp 10.000.000,00 dan akumulasi depresiasinya sebesar Rp 4.000.000,00. Truk B harga pasarnya (nilai wajar) Rp 25.000.000,00. PT Risa Fadila membayar Rp 20.000.000,00 tunai. Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi tersebut adalah sebagai berikut:
Truk B                                     Rp 26.000.000,00
Akumulasi depresiasi truk A   Rp   4.000.000,00
            Truk A                                                             Rp 10.000.000,00
            Kas                                                                  Rp 20.000.000,00

Perhitungannya sebagai berikut:
                        Harga perolehan truk A          Rp 10.000.000,00
                        Akumulasi depresiasi              Rp   4.000.000,00-
                        Nilai buku truk A                    Rp   6.000.000,00
                        Kas yang dibayarkan              Rp 20.000.000,00+
                        Harga perolehan truk B           Rp 26.000.000,00
           
Contoh 2: Pertukaran dengan penerimaan kas.
Sebagai contoh, misalnya PT Risa Fadila menukarkan truk A dengan truk B. Harga perolehan truk A sebesar Rp 50.000.000,00 dan akumulasi depresiasinya sebesar Rp 20.000.000,00. Harga pasar (nilai wajar) truk B Rp 35.000.000,00 dan PT Risa Fadila menerima uang Rp 5.000.000,00. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran ini sebagai berikut:
Truk B                                     Rp 25.000.000,00
Akumulasi depresiasi truk A   Rp 20.000.000,00
Kas                                          Rp    5.000.000,00
            Truk A                                                             Rp 50.000.000,00
           
Perhitungannya sebagai berikut:
                        Harga perolehan truk A          Rp 50.000.000,00
                        Akumulasi depresiasi              Rp  20.000.000,00-
                        Nilai buku truk A                    Rp  30.000.000,00
                        Kas yang diterima                   Rp    5.000.000,00-
                        Harga perolehan truk B           Rp  25.000.000,00

2.      Pertukaran Aktiva Tetap yang Tidak Sejenis
Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan fungsinya tidak sama seperti misalnya pertukaran tanah dengan mesin-mesin, tanah dengan gedung dan lain-lain. Perbedaan antara nilai wajar aktiva tetap yang diserahkan dengan nilai wajar yang digunakan sebagai dasar pencatatan aktiva yang diperoleh pada tanggal transaksi terjadi harus diakui sebagai laba atau rugi pertukaran aktiva tetap. Penentuan harga perolehan  dalam pertukaran seperti ini harus didasarkan pada nilai wajar aktiva tetap yang diserahkan ditambah uang yang dibayarkan. Bila nilai wajar aktiva yang diserahkan tidak diketahui, maka harga perolehan aktiva baru didasarkan pada nilai wajar aktiva baru.
Misalnya pada awal tahun 2006 PT saya menukarkan mesin produksi dengan truk baru. Harga perolehan mesin produksi sebesar Rp 2.000.000,00 akumulasi depresiasi sampai tanggal pertukaran sebesar Rp 1.500.000,00 sehingga nilai bukunya sebesar Rp 500.000,00. Nilai wajar mesin produksi tersebut sebesar Rp 800.000,00 dan PT saya harus membayar uang sebesar Rp 1.700.000,00. Harga perolehan truk adalah Rp 2.500.000,00 yang perhitungannya sebagai berikut:
Nilai wajar mesin produksi     Rp    800.000,00
Uang tunai yang dibayarkan   Rp 1.700.000,00+
Harga perolehan truk              Rp. 2.500.000,00

Jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran diatas adalah sebagai berikut:
                        Truk                                         Rp 2.500.000,00
                        Akumulasi depresiasi mesin    Rp 1.500.000,00
                                    Kas                                                                  Rp 1.700.000,00
                                    Mesin                                                              Rp 2.000.000,00
Laba pertukaran mesin                                    Rp.   300.000,00
           
Laba pertukaran mesin sebesar Rp 300.000,00 dihitung sebagai berikut:
Nilai wajar mesin produksi                                         Rp    800.000,00
Harga perolehan mesin                        Rp 2.000.000,00
                        Akumulasi depresiasi mesin    Rp 1.500.000,00-
                                                                                    Rp    500.000,00-
Laba pertukaran mesin                                                            Rp.   300.000,00

            Apabila mesin diatas ditukarkan pada pertengahan tahun 2006 dan bukannya awal tahun 2006, maka pertama kali harus diadakan pencatatan depresiasi untuk 1/2 tahun 2006 dan baru dilakukan pencatatan transaksi pertukaran. Bila diketahui umur mesin terebut 5 tahun maka jurnal-jurnalnya nadalah sebagai berikut:
Depresiasi mesin                     Rp   200.000,00
Akumulasi depresiasi mesin                                        Rp   200.000,00

Perhitungan : 6/12 x 1/5 x Rp 2.000.000,00 = Rp. 200.000,00

                        Truk                                         Rp 2.500.000,00
                        Akumulasi depresiasi mesin    Rp 1.700.000,00
                                    Kas                                                                  Rp 1.700.000,00
                                    Mesin                                                              Rp 2.000.000,00
Laba pertukaran mesin                                    Rp.   500.000,00

Laba pertukaran mesin sebesar Rp 500.000,00 dihitung sebagai berikut:
Nilai wajar mesin produksi                                                                 Rp    800.000,00
Harga perolehan mesin                                                Rp 2.000.000,00
                        Depresiasi s.d. awal 2006  Rp 1.500.000,00
                        Depresiasi 6 bulan              Rp    200.000,00+
                                                                                                 Rp 1.700.000,00_-
                                                                                                                        Rp   300.000,00-
                        Laba pertukaran mesin                                                            Rp   500.000,00



Pemberhentian Aset Tetap
Aset tetap bisa dihentikan penggunaannya dengan cara:
1.   Dijual,
2.   Ditukarkan, atau
3.   Rusak
Pada saat aset tetap diberhentikan dari pemakaian
1.   semua rekening yang berhubungan dengan aset tetap tersebut dihapuskan
2.   apabila aset tetap tersebut dijual, maka selisih harga jual dengan nilai buku atau residu dicatat sebagai laba atau rugi.
Contoh :
Mesin yang dibeli pada tanggal 1 Februari 2002 dengan harga Rp5.700.000,00; pada tanggal 1 Juli 2006 dijual dengan harga Rp1.200.000,00. Mesin tersebut ditaksir berumur 5 tahun, didepresiasi menggunakan metoda garis lurus, dan taksiran nilai residu Rp450.000,00. Penjualan pada tanggal 1 Juli 2006 dicatat:
Depresiasi Mesin
         Akumulasi Depresiasi Mesin
Rp525.000,00

Rp525.000,00

Depresiasi 6 bulan: 6/12 x 1/5 x (Rp5.700.000,00 – Rp450.000,00) = Rp525.000,00
Kas
Akumulasi Depresiasi Mesin
         Mesin
         Laba Penjualan Mesin
Rp1.200.000,00
4.637.500,00


Rp5.700.000,00
137.500,00

Perhitungan
Harga jual                                                                    Rp1.200.000,00
Nilai buku mesin:
Harga perolehan                                               Rp5.700.000,00 
            Akumulasi depresiasi:
2002: 11 bulan =    Rp962.500,00
2003: 12 bulan =      1.050.000,00
2004: 12 bulan =      1.050.000,00
2005: 12 bulan =      1.050.000,00
2006:   6 bulan =         525.000,00           (4.637.500,00)        (1.062.500,00)
Laba penjualan aset tetap                                                                                           Rp137.500
                       
Asuransi Kebakaran
Asuransi diperlukan untuk melindungi kekayaan dari kemungkinan kerugian kebakaran, asuransi akan mengganti kerugian maksimum sebesar jumlah pertanggungan yang dinyatakan dalam polis.
Perjanjian asuransi yang sudah berjalan dapat dibatalkan
1.    Pembatalan dilakukan oleh perusahaan asuransi, maka premi yang telah dibayarkan akan dikembalikan sebesar jumlah premi untuk periode mulainya pembatalan sampai selesainya perjanjian (dengan dasar pro rata)
2.    Pembataalan dilakukan oleh pihak yang mempertanggungkan, maka premi yang dikembalikan dihitung dengan tarif yang lebih rendah (short rate)
Asuransi Bersama
Dengan syarat yang menyatakan bahwa apabila harta benda diasuransikan (dipertanggungkan) dengan jumlah yang lebih rendah dg persentase tertentu dari harga pasar benda tersebut saat terjadi kebakaran, maka perusahaan yg mengasuransikan akan menderita kerugian krn kebakaran sebanding dg selisih jumlah yg dipertanggungkan dg persentase tertentu dari harga pasar harta tersebut.
Jumlah kerugian yang akan diganti oleh perusahaan asuransi adalah nilai yang paling rendah dari jumlah berikut:
1.   jumlah yang dibebankan kepada perusahaan asuransi yang dihitung dengan cara asuransi bersama
2.   jumlah pertanggungan dalam polis, atau
3.   jumlah kerugian yang sebenarnya

Contoh
Mesin diasuransikan sebesar Rp15.000.000,00. Suatu ketika mesin terbakar dengan kerugian Rp12.000.000,00. Pada saat kebakaran harga pasar mesin tersebut sebesar Rp30.000.000,00. Polis asuransi menyebutkan syarat asuransi bersama 80%. Perhitungan sbb:
Coinsurance requirement: 80% x Rp30.000.000,00 =                       Rp24.000.000,00
Jumlah pertanggungan                                                                        Rp15.000.000,00
Selisih                                                                                                    Rp9.000.000,00

Kerugian sebesar Rp12.000.000,00 ditanggung oleh kedua belah pihak, masing-masing sebesar:
1. Perusahaan asuransi menanggung kerugian sebesar:
Rp15.000.000,00
x  Rp12.000.000,00  = 
Rp7.500.000,00
80% x Rp30.000.000,00

2. Pihak yang mengasuransikan menanggung kerugian sebesar:
Rp9.000.000,00
x  Rp12.000.000,00  = 
Rp4.500.000,00
80% x Rp30.000.000,00

Apabila kerugian yang timbul lebih besar dari jumlah pertanggungan (Rp15.000.000,00), maka perusahaan asuransi akan mengganti kerugian yang timbul maksimum sebesar jumlah pertanggungan.
Jika harta dipertanggungkan ke beberapa perusahaan asuransi, maka pertanggungan kerugian masing-masing perusahaan asuransi sebanding dengan jumlah pertanggungan total seluruh polis.
Contoh
Harta diasuransikan pada perusahaan asuransi sbb:
            Perusahaan asuransi A sebesar Rp12.000.000,00
Perusahaan asuransi B sebesar   Rp3.000.000,00
Kerugian kebakaran sebesar Rp4.000.000,00 dan nilai harta pada saat kebakaran Rp20.000.000,00. Perhitungan:

a.   apabila polis tanpa syarat asuransi bersama
Ganti rugi dari perusahaan A
Rp12.000.000,00
 x  Rp4.000.000,00  = 
Rp3.200.000,00
(Rp12.000.000,00 + Rp3.000.000,00)

Ganti rugi dari perusahaan B
Rp3.000.000,00
 x  Rp4.000.000,00  = 
Rp800.000,00
(Rp12.000.000,00 + Rp3.000.000,00)


Rp4.000.000,00

b.   apabila masing-masing polis dengan syarat asuransi bersama 80%
Ganti rugi dari perusahaan A
Rp12.000.000,00
 x  Rp4.000.000,00  = 
Rp3.000.000,00
80% x Rp20.000.000,00

Ganti rugi dari perusahaan B
Rp3.000.000,00
 x  Rp4.000.000,00  = 
Rp750.000,00
80% x Rp20.000.000,00


Rp3.750.000,00

c.   apabila polis dengan syarat asuransi bersama, perusahaan A 90% dan perusahaan B 80%
Ganti rugi dari perusahaan A
Rp12.000.000,00
 x  Rp4.000.000,00  = 
Rp2.666.666,67
90% x Rp20.000.000,00

Ganti rugi dari perusahaan B
Rp3.000.000,00
 x  Rp4.000.000,00  = 
Rp750.000,00
80% x Rp20.000.000,00


Rp3.416.666,67


Polis Gabungan
Bila perusahaan mengasuransikan beberapa aset dalam satu polis, maka polis tersebut akan menunjukkan syarat alokasi yang dasarnya adalah harga pasar aset-aset tersebut pada saat terjadinya kebakaran.
Misalnya polis asuransi dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp30.000.000,00 untuk mesin dan bangunan, dengan syarat asuransi bersama 80%. Pada saat kebakaran yang melanda bangunan, harga pasar mesin Rp20.000.000,00 dan bangunan Rp40.000.000,00. Perhitungan ganti rugi bangunan adalah
          Alokasi pertanggungan Rp30.000.000,00 sebagai berikut:
          Mesin:                            (Rp20jt /Rp60jt) x Rp30.000.000,00 = Rp10.000.000,00
          Bangunan:                     (Rp40jt /Rp60jt) x Rp30.000.000,00 = Rp20.000.000,00
          Coinsurance requirement:         80% x Rp40.000.000,00         = Rp32.000.000,00
          PerhitunganCoinsurance: (Rp20jt/Rp32jt)xRp40.000.000,00 = Rp25.000.000,00
Karena jumlah pertanggungan yang dialokasikan untuk bangunan (Rp20.000.000,00) lebih rendah dari kerugian akibat terbakarnya bangunan (Rp40.000.000,00) dan hasil perhitungan coinsurance Rp25.000.000,00, maka ganti rugi sebesar Rp20.000.000,00.









Pencatatan Asuransi Kebakaran
Apabila terjadi kebakaran atas aset yng diasuransikan, maka langkah yang harus dilakukan untuk mengadakan pencatatan akuntansinya adalah
1.   Menyusun kembali catatan-catatan yang terbakar (jika ada)
2.   Menyesuaikan buku-buku agar dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya pada saat terjadinya kebakaran
3.   Menentukan nilai buku aset yang terbakar
4.   Membebankan nilai buku aset yang terbakar dan biaya-biaya yang timbul pada saat kebakaran, ke rekening kerugian kebakaran
5.   Menentukan jumlah yang akan diterima dari perusahaan asuransi
6.   Rekening kerugian kebaakaran dikredit dengan jumlah ini dan jumlah yang diterima dari penjualan aset yang terbakar
7.  Menutup saldo rekening kerugian kebakaran ke rekening rugi laba. Saldo ini menunjukkan rugi atau laba dari kebakaran.















Sumber :
Simangungsong. Akuntansi tingkat dasar 2. 1988. Jakarta : Karya utama.
Jusup,Haryono. Dasar-dasar akuntansi. 1995. Yogyakarta : Bagian penerbitan sekolah tinggi   
         ilmu ekonomi YKPN.
Munandar,muhammad. Pokok-pokok intermediate accounting. 1996. Sleman : Gadjah mada  
          university press.
Reeve,warren. Pengantar akuntansi. 2006. Jakarta : Salemba empat.


Template by:

Free Blog Templates