Nama : Fatimah Adlia
Kelas : 2 AC
AKTIVA
TETAP
Pengertian
Aktiva Tetap
Aktiva tetap ialah aktiva tetap
berwujud yang mempunyai nilai guna ekonomis jangka panjang, dimiliki perusahaan
untuk menjalankan operasi guna menunjang perusahaan dalam mencapai tujuan dan
dimiliki perusahaan tidak untuk dijual kembali agar diperoleh laba atas
penjualan tersebut.
Suatu aktiva dapat dikategorikan sebagai aktiva tetap apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1. Milik perusahaan secara sah.
2. Digunakan untuk operasi/kegiatan perusahaan.
3. Mempunyai umur relatif permanen.
4. Masih mempunyai manfaat ekonomis untuk masa yang akan datang.
Aktiva tetap perusahaan dapat
digolongkan menjadi 3, yaitu : (1) aktiva tetap berwujud; (2) sumber alam; (3)
aktiva tetap tidak berwujud.
1. Aktiva Tetap
Berwujud (Tangible Fixed Assets)
Adalah aktiva yang
mempunyai bentuk fisik dimiliki dan digunakan
oleh perusahaan karena memberikan manfaat ekonomis didalam proses untuk
memperoleh penghasilan untuk berapa periode akuntansi.
Ciri-ciri
aktiva tetap berwujud:
1. Aktiva
fisik artinya aktiva-aktiva tersebut dapat dilihat dan dapat di pegang atau di
raba karna bentuk fisiknya ada.
2. Dibeli
untuk di pakai bukan untuk di jual kembali artinya aktiva tetap yang di beli
oleh perusahaan di maksudkan untuk kegiatan operasi perusahaan dan bukan untuk
di perjual belikan.
3. Mempunyai
manfaat atau umur ekonomis lebih dari satu tahun, Artinya aktiva-aktiva itu
dapat di gunakan untuk jangka waktu yang panjang.
Berdasarkan umur manfaatnya aktiva tetap berwujud dapat digolongkan menjadi
2, yaitu yang umur manfaatnya tidak terbatas dan yang untuk manfaatnya
terbatas.
a. Aktiva tetap berwujud yang umur manfaatnya
tidak terbatas.
Adalah aktiva tetap berwujud yang manfaat ekonomisnya tidak akan berkurang
sebgai akibat pemakaian didalam kegiatan operasi.Pada umumnya elemen aktiva
tetap berwujud yang umurnya tidak terbatas hanya satu, yaitu tanah, yang
meliputi semua tanah yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk lokasi kegiatan
perusahaan.
b. Aktiva
tetap berwujud yang umur manfaatnya terbatas
adalah aktiva tetap berwujud yang manfaatnya akan berkurang sebagai akibat
adanya pemakaian didalam kegiatan perusahaan. Elemen aktiva tetap berwujud yang
manfaatnya terbatas antara lain :
1) Bangunan
atau gedung
Bangunan
meliputi semua bangunan yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan untuk
lokasi kegiatan operasi perusahaan, seperti : bangunan toko, bangunan pabrik,
bangunan kantor, dan lain-lain.
2) Mesin
Mesin-mesin
meliputi semua mesin yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk kegiataan operasi perusahaan. Elemen
mesin, seperti :
-
Mesin yang dimiliki oleh perusahaan dagang.
-
Mesin yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk
dipakai dalam perluasaan di masa yang akan datang.
-
Mesin yang dimiliki dan merupakan produk dari
perusahaan manufaktur yang membuat mesin dengan tujuan untuk dijual.
3) Mebel dan peralatan
Mebel dan peralatan meliputi semua mabel dan peralatan
yang dimiliki dan digunakan didalam operasi perusahaan. Pada umumnya mebel dan
peralatan digolongkan lagi atas dasar dalam bagian kegiatan mana mebel dan
peralatan digunakan.
4) Kendaraan
Kendaraan meliputi semua kendaraan, baik bermotor
maupun tidak bermotor yang dimiliki dan digunakan perusahaan.
5) Peralatan Kecil
2. Sumber Alam
Sumber alam
meliputi semua tambang dan produk dari tanah yang masih alamiah. Apabila udah
diambil sumber alam tersebut akan menjadi persediaan produk selesai atau
persediaan bahan baku.
3. Aktiva Tetap Tidak Berwujud (Intangible Fixed
Assets)
Meliputi
semua aktiva tetap yang tidak termasuk aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap
sumber alam. Aktiva jenis ini tidak memiliki bentuk fisik. Bentuknya adalah
berupa hak atau manfaat.
Ciri- ciri aktiva
tetap tidak berwujud
1. Dapat dipisahkan, yaitu
kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari BPR dan dapat dijual,
dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu kontrak terkait aset atau kewajiban secara individual atau secara bersama.
2. Muncul dari hak
kontraktual atau hak hukum lainnya, terlepas apakah hak tersebut dapat
dialihkan atau dapat dipisahkan dari BPR atau dari hak dan kewajiban lainnya.
3. Aset Tidak Berwujud
dapat diperoleh secara eksternal melalui perolehan secara terpisah dan
pertukaran aset, atau dihasilkan secara internal.
4. Aset Tidak Berwujud hanya dapat diakui apabila berasal dari eksternal.
Sedangkan biaya penelitian dan pengembangan yang terkait dengan upaya menghasilkan aset
tidak berwujud secara internal tidak dapat diakui sebagai Aset Tidak Berwujud,
kecuali merupakan bagian dari perolehan aset lain.
Berdasarkan
umur manfaatnya aktiva tetao tidak berwujud dapat digolongkan menjadi 2, yaitu
:
a. Aktiva tetap tidak berwujud yang umur manfaatnya
terbatas.
Meliputi
semua aktiva tetap tidak berwujud yang manafaat ekonomisnya hanya dapat
dinikmati oleh perusahaan didalam jagka waktu tertentu. Setelah jangka waktu
tersebut aktiva tetap tidak berwujud tersebut tidak dapat memberikan manfaat
ekonomis lagi kepada perusahaan.
Umur manfaat
ekonomis suatu aktiva tetap dibatasi oleh beberapa faktor, seperti :
-
Undang-undang atau peraturan yang berlaku
-
Sifat aktiva tetap itu sendiri.
-
Faktor-faktor ekonomi dan lain-lain yang mempengaruhi.
Elemen
aktiva tetap tidak berwujud yang umur manfaatnya terbatas antara lain :
1)
Beban-beban ditangguhkan (deffered charges) yang umurnya terbatas
Beban yang
ditangguhkan meliputi semua pengeluaran untuk memperoleh manfaat ekonomis yang
:
-
Dapat dinikmati lebih dari satu periode akuntansi.
-
Terjadinya tidak berulang-ulang.
Contohnya :
-
Persekot kontrak sewa jangka panjang.
-
Biaya pengeluaran obligasi.
-
Biaya penyusunan kembali aktiva tetap.
-
Dan sebagainya.
2) Hak patent (patents)
Adalah hak yang diberikan oleh pemerintah kepada suatu perusahaan atau
lembaga atau seseorang untuk memproduksi, menjual, mengawasi hasil penemuannya.
3) Hak Cipta (copyright)
Adalah hak yang diberikan oleh pemerintah kepada suatu perusahaan atau
lembaga atau seseorang untuk menerbitkan, memperbanyak, menjual atau mengawasi
hasil karya tertulis, seni,atau musik dalam jangka waktu tertentu.
4) Good will yang umurnya terbatas
Adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba diatas rata-rata
perusahaan lain di masa yang akan datang. Good will dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti:
-
Tempat yang strategis.
-
Mutu produk yang baik.
-
Pimpinan yang terpercaya.
-
Dan sebagainya.
5) Franchises yang umurnya terbatas
Adalah hak monopoli yang diberikan oleh pemerintah kepada suatu lembaga
atau perusahaan untuk menyelengarakan atau mengusahakan sesuatu yang manfaatnya
dapat dinikmati oleh umum, seperti :
-
Perusahaan air minum.
-
Perusahaan pos dan giro.
-
Hak pengusahaan hasil laut (HPHL)
-
Dan sebagainya.
b. Aktiva
tetap tidak berwujud yang umur manafaatnya tidak terbatas
Meliputi semua aktiva tetap berwujud yang manfaatnya tidak akan berkurang
sebagai akibat pemakaian. Oleh karena itu, aktiva tetap tidak berwujud ini
dapat memberikan manfaat ekonomis kepada perusahaan dalam jangka waktu yang
tidak terbatas.
Elemen aktiva tetap tidak terwujud yang umur manfaatnya tidak terbatas
antara lain :
1) Beban ditangguhkan yang umurnya tidak terbatas.
2) Nama, merk dan cap dagang atau perusahaan.
3) Good will yang umurnya tidak terbatas.
4) Franchises yang umurnya tidak terbatas.
Pengendalian
intern terhadap aktiva tetap
Pengendalian terhadap aktiva tetap bertujuan agar :
1. Hanya aktiva tetap yang diperlukan perusahaan saja yang dibeli.
2. Perolehan aktiva tetap telah mendapatkan otorisasi dari pejabat yang
berwenang.
3. Semua pengeluaran yang berhubungan dengan aktiva tetap telah
diperlakukan secara tepat.
4. Pemberhentian aktiva tetap telah mendapata otorisasi dari pejabat yang
berwenang.
5. Laba atau rugi yang ditimbulkan dari pemberhentian aktiva tetap telah
diperlakukan secara
tepat.
Akuntansi
Aktiva Tetap
Akuntansi aktiva tetap dapat dibagi kedalam 3 tahap, yaitu :
1. Pada saat perolehan
Masalah yang timbul saat perolehan
aktiva tetap adalah penentuan jumlah dan elemen harga pokok dan pencatatannya.
2. Selama pemakaian
Masalah yang
timbul meliputi :
-
Penentuan dan pencatatan (depersiasi), deplesi, dan
amortisasi.
-
Perlakuan terhadap pengeluaran yang berhubungan dengan
aktiva tetap.
3. Pada saat pelepasan
Masalah yang timbul meliputi :
-
Penentuan dan penyesuaian nilai buku.
-
Pencatatan terhadap pelepasan aktiva tetap dan
pengakuan terhadap laba atau rugi yang diakibatkan oleh pelepasan aktiva tetap
tersebut.
Harga Pokok
Aktiva Tetap
Harga perolehan yang berhubungan dengan aktiva tetap disebut harga pokok
aktiva tetap. Jumlah dan elemen harga pokok aktiva tetap akan tegantung pada jenis dan cara perolehan aktiva tetap.
Cara – Cara Perolehan Aktiva Tetap
Aktiva tetap
dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan akan
mempengaruhi penentuan harga perolehan berikut ini akan dibahas tetang harga
perolehan.
1. Pembelian Tunai
Aktiva tetap
berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku dengan
jumlah sebesar uang yang dikeluarkan.
Contoh :
Sebuah computer merk Dell dibeli dengan harga Rp.
7.500.000 dengan potongan tunai 10 % biaya yang dikeluarkan untuk
install komputer dan pemasangan hingga siap digunakan sebesar Rp.
250.000. maka harga perolehan komputer tersebut dapat dihitung sebagai berikut
:
Harga
beli
: 7.500.000
Potongan tunai 10 %
:
750.000 –
6.750.000
Biaya install dan pasang
: 250.000 +
Harga
Perolehan
7.000.000
Jurnal untuk mencatat perolehan
aktiva tetap adalah
Komputer
7.000.000
Kas
7.000.000
2.
Pembelian secara
gabungan
Harga perolehan
dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan
mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar
setiap aktiva yang bersangkutan.
Contoh :
PT LISA pada tanggal 1 Januari
2010 membeli tanah, gedung dan peralatan dengan harga total Rp
100.000.000,- dan harga pasar masing- masing sebesar Rp 45.000.000,- untuk tanah,
Rp 75.000.000,- untuk gedungnya dan Rp
30.000.000,- untuk peralatan. Hitunglah
alokasi harga perolehan masing-masing aktiva tersebut dan buatlah
jurnalnya.
Golongan
Harga Pasar % dari HP &
Perhitungan
Alokasi
Tanah
45.000.000 30 % x 100.000.000
30.000.000
Gedung 75.000.000 50 % x
100.000.000
50.000.000
Peralatan
30.000.000 20 % x 100.000.000
20.000.000
150.000.000 100 %
100.000.000
Jurnal untuk mencatat pembelian aktiva tetap secara gabungan
Tanah, gedung &
peralatan 100.000.000
Kas
100.000.000
Jurnal untuk mencatat alokasi
harga perolehan masing-masing aktiva
Tanah
30.000.000
Gedung
50.000.000
Peralatan
20.000.000
Tanah,
gedung & peralatan
100.000.000
3. Perolehan Melalui Pertukaran
a. Ditukar dengan Surat-surat Berharga
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau Obligasi perusahaan,
dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi yang digunakan
sebagai penukar
b. Ditukar dengan aktiva tetap yang lain
Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara tukar-menukar atau
sering disebut “tukar tambah”. Dimana aktiva lama digunakan untuk membayar
harga aktiva baru ada dua jenis pertukaran yaitu :
1.
Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis
2.
Pertukaran
aktiva tetap yang sejenis
4. Pembelian angsuran
Apabila aktiva tetap diperoleh dari
pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh
termasuk bunga.
Contoh :
Dibeli sebuah mesin dengan 60 kali angsuran bulanan @ Rp 500.000,-
Harga tunai mesin tersebut Rp 24.000.000,-
Jurnalnya:
Mesin Rp
24.000.000,-
Bunga yang
ditangguhkan
Rp
6.000.000,-
Utang
angsuran
Rp 30.000.000,-
Penjelasan:
Aktiva yang dibeli secara
kredit/angsuran jangka panjang, harus dicatat sebesar harga tunainya. Selisih
antara harga tunai dengan jumlah seluruh angsuran diperlukan sebagai bunga, dan
dialokasikan secara proporsional sebagai beban bunga periode-periode selama
masa kontrak pembelian.
Untuk mencatat setiap angsuran dijurnal sebagai berikut:
Utang angsuran
Rp 500.000,-
Beban
bunga
Rp 100.000,-
Bunga yang
ditangguhkan
Rp 100.000,-
Kas Rp 500.000,-
5. Diperoleh dari Hadiah
atau Donasi
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi, pencatatannya bisa dilakukan
menyimpang dari prinsip harga perolehan.
Contoh:
Misalkan tanggal 1 Juni 2009 PT X menerima
hadiah berupa 5 unit komputer sebesar Rp 15.000.000,- dan PT X
mengeluarkan biaya sebesar Rp 100.000. Maka perolehan tersebut dicatat sebagai
berikut:
1/06/2009
Komputer 15.000.000,-
Modal hadiah 14.900.000,-
Kas 100.000,-
6. Aktiva yang Dibuat
sendiri
Perusahaan mungkin membuat sendiri
aktiva tetap yang diperlukan seperti gedung, alat-alat dan perabotan. Pembuatan
aktiva ini biasanya dengan tujuan untuk mengisi kapasitas atau pegawai yang
masih diam.
Biaya – Biaya Selama Masa
Penggunaan Aktiva
Aktiva tetap
yang dimiliki dan digunakan dalam usaha perusahaan akan memerlukan
pengeluaran-pengeluaran yang tujuannya adalah agar dapat memenuhi kebutuhan
perusahaan. Pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat dikelompokan menjadi :
1.
Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi
dapat merupakan biaya yang jumlahnya kecil jika reparasinya bisa dan jumlahnya
cukup besar jika reparasinya besar. Reparasi besar biasanya terjadi setelah
beberapa tahan, sehingga dapat dikatakan bahwa manfaat reparasi seperti ini
akan dirasakan dalam beberapa periode. Oleh karena itu biaya reparasi besar
dikapitalisasi dan pembebanannya sebagai biaya dilakukan dalam periode-periode
yang menerima manfaat.
2.
Penggantian
Adalah biaya
yang dikeluarkan untuk mengganti aktiva atau suatu bagian aktiva dengan unit
yang baru yang tipenya sama.
3.
Perbaikan
Adalah
penggantian suatu aktiva dengan aktiva baru untuk memperoleh kegunaan yang
lebih besar.
4.
Penambahan
Adalah
memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aktiva seperti penambahan ruang
dalam bangunan ruang parker dan lain-lain.
5.
Penyusunan Kembali aktiva tetap
Biaya-biaya
yang dikeluarkan dalam penyusunan kembali aktiva atau perubahan route produksi
atau untuk mengurangi biaya produksi, jika jumlahnya cukup berarti dan manfaat
penyusunan kembali itu akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi maka
harus di kapitalisasi.
Perhitungan
harga pokok berbagai jenis aset tetap dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Harga pokok tanah
Perhitungan harga pokok tanah dilakukan untuk semua biaya-biaya yang
dikeluarkan yang mencakup (a)harga pembelian, (b)biaya pengacara dan biaya
pencatatan, (c) biaya yang dikeluarkan sampai tanah siap digunakan (misal
pengurukan). Apabila tanah akan
digunakan
untuk pembangunan gedung maka semua biaya yang dikeluarkan pembongkaran gedung
lama, pembersihan, perataan dan pengurukan, sampai penggalian untuk gedung baru
dianggap sebagai harga pokok tanah.
2.
Harga pokok gedung
Perhitungan harga pokok gedung dilakukan dari semua biaya yang dikeluarkan
mulai dari (1) bahan bangunan, tenaga kerja, overhead bangunan, selama
pembangunan (2)biaya tenaga kerja profesional dan izin bangunan, sampai
akuisisi bangunan, diperhitungkan
sebagai
harga pokok gedung.
3.
Harga pokok kendaraan
Perhitungan harga pokok kendaraan dilakukan dari semua pengeluaran yang terjadi
untuk mengakuisisi kendaraan tersebut. Perhitungan ini meliputi harga beli,
biaya perakitan (assembling), biaya pengurusan surat kendaraan, biaya makelar
jika ada.
4.
Harga pokok peralatan kantor
Perhitungan harga pokok peralatan (perabotan, mebel, peralatan) dilakukan mulai
dari harga pembelian, biaya pengangkutan,biaya perakitan, biaya makelar jika
ada, dan biaya lain yang mungkin ada dalam proses pengakuisisian peralatan
kantor tersebut.
5.
Harga pokok mesin-mesin pabrik
Perhitungan harga pokok mesin-mesin pabrik dilakukan mulai dari harga
pembelian, biaya angkut, biaya perakitan, biaya uji coba pemakaian peralatan,
biaya ahli yang melatih cara penggunaan mesin dan biaya makelar jika ada, semua
dimasukkan sebagai biaya akuisisi
mesin-mesin
pabrik.
Penyusutan Aktiva
Tetap Berwujud
Pengertian
penyusutan
Penyusutan aktiva tetap adalah alokasi harga pokok aktiva tetap yang
bersangkutan yang umur manfaatnya terbatas pada periode-periode yang menikmati
manfaatnya secara sistematis dan rasional.
Karakteristik aktiva tetap yang dapat disusutkan
a. Digunakan dalam kegiatan usaha.
b. Nilainya menurun secara bertahap.
Beberapa
aktiva yang tidak dapat disusutkan karena nilainya tidak menurun adalah tanah,
aktiva
pendanaan, barang dagangan, dan persediaan.
c. Disusutkan jika masa manfaat lebih dari satu tahun.
Untuk aktiva tetap tak berwujud,
penyusutannya
disebut amortisasi.
d. Pihak yang berhak melakukan penyusutan adalah:
·
Pihak yang
menggunakan aktiva tetap tersebut dalam kegiatan usaha.
·
Pemilik,
dapat dibagi menjadi legal owner dan beneficial owner.
e. Saat dilakukan penyusutan pada saat pertama kali
digunakan.
f. Dasar penyusutan dalah harga perolehan atau harga
revaluasi. Harga penggantian tidak
boleh menjadi dasar penyusutan.
Kriteria aktiva yang disusutkan
·
Diharapkan
digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.
·
Memiliki
suatu masa manfaat yang terbatas.
·
Ditahan oleh
suatu perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi atau memasok barang atau
jasa, untuk disewakan, atau tujuan administrasi.
Sebab-Sebab
Depresiasi
Faktor-faktor yang menyebabkan depresiasi bisa
dikelompokkan menjadi 2 yaitu :[1]
a. Faktor-faktor Fisik
Faktor-faktor fisik yang
mengurangi fungsi aktiva tetap adalah aus karena di pakai (wear and tear), aus karena umur (deterioration
and decay) dan kerusakan-kerusakan.
b. Faktor-faktor fungsional
Faktor-faktor fungsional
ynag membatasi umur aktiva tetap antara lain, ketidak mampuan aktiva untuk
memenuhi kebutuhan produksi sehingga perlu diganti dan karena adanya perubahan
permintaan terhadap barang atau jasa yang dihasilkan, atau karna adanya
kemajuan teknologi sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis lagi jika dipakai.
Metode penentuan besarnya penyusutan
akiva tetap
Faktor-Faktor
yang Menentukan Penyusutan
Jumlah yang
dibebankan sebagai penyusutan ditentukan oleh adanya empat faktor, yaitu:
1. Harga Perolehan
Harga perolehan adalah seluruh pengeluaran untuk
memperoleh suatu aktiva tetap sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan untuk
beroperasi. Jumlah tersebut merupakan jumlah harga perolehan suatu aktiva.
2. Umur Ekonomis
Umur ekonomis suatu aktiva adalah perkiraan jumlah
waktu suatu aktiva tetap dapat digunakan dan masih memberikan hasil yang
layak (ekonomis).Umur ekonomis dibatasi sampai dengan saat suatu aktiva tetap
diperkirakan sudah tidak ekonomis lagi apabila digunakan, misalnya apabila
digunakan biaya perawatannya lebih besar dibandingkan dengan hasil yang
diberikan oleh aktiva tetap tersebut.
Jadi, yang dimaksud dengan umur ekonomis ini tidak
menuggu sampai suatu aktiva tetap secara fisik tidak dapat digunakan. Hal ini
berbeda dengan umur teknis yang mengaitkan umur suatu aktiva dengan dapat atau
tidaknya dioperasikan.
3. Nilai Sisa
Nilai sisa adalah perkiraan nilai jual aktiva tetap
pada akhir pemakaian atau pada akhir umur ekonomisnya. Nilai sisa ini akan
menentukan jumlah suatu obyek yang akan disusut.
4. Metode Penyusutan
Faktor keempat yang mempengaruhi jumlah penyusutan
periodik adalah metode yang digunakan oleh perusahaan Untuk menetukan metode
apa yang akan digunakan oleh perusahan, perusahaan harus menghubungkan dengan
faktor-faktor ekonomi di atas, misalnya keausan, teknologi dan sebagainya.
Metode
Penyusutan Aktiva Tetap
Dalam Standar Akuntansi Keuangan dijelaskan bahwa
penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan
menurut kriteria berikut :1. Berdasarkan waktu
a. Metode garis lurus (straight line method)
b. Metode pembebanan yang menurun
•
Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit
method)
•
Metode saldo menurun / saldo menurun ganda (declining /
double declining balance method)
2. Berdasarkan pengunaan
a. Metode jam jasa (service hours method)
b. Metode jumlah unit produksi (productive output method)
3. Berdasarkan kriteria lainnya
a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (grup and composite method)
b. Metode anuitas (annuity method)
c. Sistem persediaan (inventory systems)
Dari berbagai macam metode di atas, dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :
1. Berdasarkan waktu
Metode penyusutan yang didasarkan atas waktu ini digunakan apabila umur ekonomis aktiva tetap sangat dipengaruhi oleh berlalunya waktu dan bukan pada penggunaannya.
a. Metode garis lurus (straight line method)
Metode garis lurus ini tepat digunakan apabila manfaat ekonomis yang diharapkan dari aktiva tetap tersebut setiap periode sama. Sehingga, apabila metode garis lurus ini menghasilkan beban penyusutan yang jumlahnya sama setiap periode, maka akan terjadi pembandingan yang tepat antara pendapatan dengan biaya. Karena manfaat ekonomis yang diharapkan dari aktiva tetap setiap periode sama ini akan menghasilkan pendapatan yang sama setiap periode. Alasan tambahan yang mendukung metode garis lurus ini adalah apabila biaya pemeliharaan setiap periode sama. Sehingga pembandingan yang tepat dapat dilakukan dengan membandingkan biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan yang tetap periode dengan pendapatan yang juga sama setiap
Rumusnya:
Penyusutan = Harga perolehan
- nilai residu
-----------------------------------
umur ekonomis
Dapat juga dicari dengan cara lain:
- Menghitung tarif penyusutan tiap
tahun
Tarif penyusutan = 100
%
-----------------
umur ekonomis
- Menghitung beban penyusutan tiap
tahun
Beban penyusutan = tarif penyusutan x (harga perolehan –
nilai residu)
- Menghitung nilai buku aktiva tetap
Harga buku aktiva tetap = harga perolehan – akumulasi
penyusutan
Contoh :Sebuah mesin pabrik mempunyai harga perolehan sebesar Rp. 55.000.000,00. Diperkirakan mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai residu sebesar Rp 5.000.000,-. Maka penyusutan per tahunnya adalah
Penyusutan = (Rp. 55.000.000,00 – Rp. 5.000.000,00)/5
= Rp. 10.000.000,00
b. Metode pembebanan yang menurun
Metode pembebanan menurun ini tepat digunakan apabila manfaat ekonomis yang diharapkan dari aktiva tetap tersebut selalau menurun setiap periode. Sehingga di dalam metode ini biaya penyusutan yang menurun setiap periode dibandingkan dengan pendapatan yang juga menurun setiap periode, agae dapat dicapai perbandingan yang tepat antara biaya dengan pendapatan.
Alasan yang mendukung metode beban menurun ini adalah adanya biaya reparasi dan pemeliharaan yang setiap tahun meningkat. Sehingga kombinasi biaya penyusutan yang menurun setiap periode dengan biaya reparasi dan biaya pemeliharaan yang meningkat setiap periode akan menghasilkan.
• Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method)
Metode ini adalah salah satu metode penyusutan yang dipercepat. Dasar penyusutan dalam metode ini sama dengan metode garis lurus yaitu taksiran nilai buku aktiva (Nilai perolehan-taksiran residu). Tarif penyusutan ditentukan dalam bentuk pecahan yang dihitung dengan cara sebagai berikut. Apabila umur aktiva sama dengan 4 tahun maka penyebut angka pecahannya adalah jumlah angka tahun yaitu 1 + 2 + 3 + 4 = 10. Angka pembilang pada tahun pertama sampai dengan keempat masing-masing adalah 4,3,2, dan 1. Tarif penyusutan tahun pertama adalah 4/10, 3/10, 2/10 dan 1/10.
Rumus:
Penyusutan= sisa umur penggunaan
---------------------------- x (harga perolehan - nilai residu)
jumlah angka tahun
Contoh :
Harga perolehan Rp 6.000.000,00 dengan taksiran nilai residu risidu Rp 1.000.000,00. Dasar penyusutan adalah Rp5.000.000,00 dengan umur pemakaian ekonomis 4 tahun.
Tahun Tarif Dasar penyusutan Penyusutan
1. 4/10 Rp. 5.000.000,00 Rp. 2.000.000,00
2 3/10 Rp. 5.000.000,00 Rp. 1.500.000,00
3 2/10 Rp. 5.000.000,00 Rp. 1.000.000,00
4 1/10 Rp. 5.000.000,00 Rp. 500.000,00
Jumlah Rp. 5.000.000,00
• Metode saldo menurun / saldo menurun ganda (declining / double declining balance method)
Metode jumlah menurun ini akan menghasilkan beban penyusutan yang menurun setiap periode. Metode ini beranggapan bahwa aktiva baru sangat besar peranannya dalam usaha mendapatkan penghasilan, peranan aktiva tersebut semakin lama semakin mengecil seiring dengan semakin tuanya aktiva tersebut. Tarif pajak dalam metode ini ditentukan terlebih dahulu dan besarnya sama untuk setiap tahun.
Penyusutan dihitung dengan mengalikan tarif dengan nilai buku yang semakin kecil.
Rumus:
Penyusutan =
[2 x (100% : umur ekonomis)] x harga buku aktiva tetap.
Contoh :
Harga perolehan Rp 6.000.000.00 dengan taksiran nilai residu risidu Rp 1.000.000,00. Dasar penyusutan adalah Rp5.000.000,00 dengan umur pemakaiain ekonomis 4 tahun. Ditentukan bahwa tarif pajak adalah 50% per tahun. Dengan demikian penyusutan tiap tahun adalah sebagai berikut :
Contoh :
Tahun Nilai buku Tarif Penyusutan
1 Rp 6.000.000,00 50% Rp 3.000.000,00
2 Rp 3.000.000,00 50% Rp 1.500.000,00
3 Rp 1.500.000,00 50% Rp 750.000,00
4 Rp 750.000,00 50% Rp 375.000,00
2. Berdasarkan pengunaan
a. Metode jam jasa (service hours method)
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (terutama mesin-mesin) akan lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (full time). Dalam cara ini beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan jam jasa. Beban penyusutan periodik besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa yang terpakai (digunakan).
Metode ini dihitung dengan rumus :
Penyusutan per jam = (harga perolehan – nilai residu) / taksiran jam jasa
Penyusutan per tahun = penyusutan per jam x jam penggunaan
Contoh :
Sebuah pesawat terbang dibeli dengan harga Rp. 100.000.000,00. Diperkirakan akan memberikan jasa penerbangan 10.000 jasa jam terbang. Pada tahun 2008 diperkirakan digunakan selama 1.500 jam terbang. Maka penyusutan selama tahun 2008 dihitung :
Penyusutan per jam = Rp. 100.000.000,-/10.000 = Rp. 10.000,-
Penyusutan tahun 2008 = Rp. 10.000,00 x 1.500
= Rp. 15.000.000
b. Metode jumlah unit produksi (productive output method)
Dalam metode ini umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga penyusutan tiap periode akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi hasil produksi. Penyusutan dihitung sebagai berikut :
Rumus:
Penyusutan per tahun
= jml produksi setahun x penyusutan per unit
penyusutan per
unit = (harga perolehan-nilai residu)/taksiran jml produksi
Contoh :Sebuah mesin pabrik mempunyai harga perolehan sebesar Rp 55.000.000,00 diperkirakan mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp 5.000.000,00 serta diperkirakan dapat menghasilkan unit produksi selama 5 tahun sebagai berikut :
Tahun Ke-1 = 15.000 unit
Tahun Ke-2 = 12.500 unit
Tahun Ke-3 = 10.000 unit
Tahun Ke-4 = 7.500 unit
Tahun Ke-5 = 5.000 unit
Maka besarnya penyusutan adalah :
Penyusutan per unit = (Rp.55.000.000,00 – Rp. 5.000.000,00)/50.000 = Rp. 1.000
Penyusutan per tahun :
Tahun unit produksi Tarif Penyusutan
1 15.000 Rp. 1000 Rp 15.000.000,00
2 12.500 Rp. 1000 Rp 12.500.000,00
3 10.000 Rp. 1000 Rp 10.000.000,00
4 7.500 Rp. 1000 Rp 7.500.000,00
5 5.000 Rp. 1000 Rp. 5.000.000,00
Amortisasi Untuk Aktiva Tak Berwujud
Amortisasi atas
pengeluaran harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya
perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai yang dipergunakan
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, dilakukan dengan metode
garis lurus (straight-line method) dan atau metode saldo menurun (declining
balance method) secara taat azas.
Kelompok Harta Tak Berwujud
|
Masa Manfaat
|
Tarif Amortsasi berdasarkan metode garis lurus
|
Tarif Amortsasi berdasarkan metode saldo menurun
|
|
Kelompok 1
|
4 tahun
|
25%
|
50%
|
|
Kelompok 2
|
8 tahun
|
12,50%
|
25%
|
|
Kelompok 3
|
16 tahun
|
6,25%
|
12,50%
|
|
Kelompok 4
|
20 tahun
|
5%
|
10%
|
- Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi sesuai dengan tabel masa manfaat dan tarif amortisasi.
- Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain di bidang penambangan minyak dan gas bumi dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi.
Metode satuan produksi dilakukan dengan menerapkan
persentase amortisasi yang besarnya setiap tahun sama dengan persentase
perbandingan antara realisasi penambangan minyak dan gas bumi pada tahun yang
bersangkutan dengan taksiran jumlah seluruh kandungan minyak dan gas bumi di
lokasi tersebut yang dapat diproduksi. Apabila ternyata jumlah produksi yang
sebenarnya lebih kecil dari yang diperkirakan, sehingga masih terdapat sisa
pengeluaran untuk memperoleh hak atau pengeluaran lain, maka atas sisa
pengeluaran tersebut boleh dibebankan sekaligus dalam tahun pajak yang
bersangkutan.
- Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain minyak dan gas bumi, hak pengusahaan hutan, dan hak pengusahaan sumber alam serta hasil alam lainnya, dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi paling tinggi 20% setahun.
Contoh :
PT Asti Jaya pada tanggal 4 November 2001 mengeluarkan uang sebanyak Rp.
100.000.000,00 untuk memperoleh hak lisensi dari Phoenixcyle Ltd. selama 4
tahun untuk memproduksi Sepeda Phoenix. Perhitungan amortisasi hak lisensi
tersebut adalah sebagai berikut:Alternatif I : Metode Garis Lurus
Amortisasi tahun 2001:
25% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2002:
25% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2003:
25% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2004:
25% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Alternatif II : Metode Saldo Menurun
Amortisasi tahun 2001:
50% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 50.000.000,00
Amortisasi tahun 2002:
50% x (Rp. 100.000.000,00 – Rp. 50.000.000,00)
50% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
Amortisasi tahun 2003:
50% x (Rp. 50.000.000,00 – Rp. 25.000.000,00)
50% x Rp. 25.000.000,00 = Rp. 12.500.000,00
Amortisasi tahun 2004:
Karena tahun 2004 merupakan akhir masa manfaat, maka pada tahun 2004 seluruh sisa nilai buku diamortisasikan sekaligus sehingga amortisasi tahun 2004 adalah:
(Rp. 25.000.000,00 – Rp. 12.500.000,00) = Rp. 12.500.000,00
Pengeluaran-Pengeluaran Modal Dan Pendapatan
Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan
dengan perolehan dan penggunaan aset tetap dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Capital expenditure/pengeluaran modal
Merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu
periode akuntansi dan akan dicatat dalam rekening aset (dikapitalisasi).
2. Revenue expenditure/pengeluaran pendapatan
Merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan dan
dicatat dalam rekening biaya.
Namun dengan alasan kepraktisan, dilakukan penyimpangan antara lain:
1. Sebagai revenue expenditure
apabila:
a. jumlah pengeluaran relatif kecil
b. manfaat di masa yang akan datang tidak begitu berarti
c. sulit mengukur manfaat di masa yang akan datang
2. Sebagai capital
expenditure apabila pengeluaran di atas jumlah tertentu dan jelas-jelas
memberikan manfaat untuk periode-periode yang akan datang.
DEPLESI
Pengertian
Deplesi
Berkurangnya
harga perolehan (cost) atau nilai sumber-sumber alam seperti tambang dan hutan
kayu yang disebabkan oleh perubahan (pengolahan) sumber-sumber alam tersebut
sehingga menjadi persediaan disebut deplesi. Beberapa perbedaan antara deplesi
dan depresiasi adalah sebagai berikut :
Deplesi merupakan pengakuan terhadap pengurangan
kuantitatif yang terjadi dalam sumber-sumber alam, sedangkan depresiasi
merupakan pengakuan terhadap pengurangan service (manfaat ekonomi) yang terjadi
dalam aktiva tetap.
Deplesi digunakan untuk aktiva tetap yang tidak dapat
diganti langsung dengan aktiva yang sama jika sudah habis, sedangkan depresiasi
digunakan untuk aktiva tetap yang pada umumnya dapat diganti jika sudah habis.
Deplesi adalah pengakuan terhadap perubahan lengsung
dari suatu sumber alam menjadi barang yang dapat dijual, sedangkan depresiasi
adalah alokasi harga perolehan ke pendapatan periode yang bersangkutan untuk
suatu service yang dihasilkan (kecuali dalam perusahaan di mana depresiasi di
hitung berdasar hasil produksi).
Metode
Perhitungan Deplesi
Untuk
menghitung deplesi ada 3 hal yang harus diperhatikan yaitu :
a) Harga perolehan aktiva
Dalam hal
sumber-sumber alam, harga perolehannya adalah pengeluaran sejak memperoleh izin
sampai sumber alam itu dapat diambil hasilnya. Jika kumpulan pengeluaran itu
terlalu kecil maka dilakukan penilaian terhadap sumber alam tersebut.
b) Taksiran nilai sisa apabila sumber alam
suda selesai dieksploitasi.
c) Taksiran hasil yang secara
ekonomis dapat dieksploitasi.
Revisi
Perhitungan Deplesi
Koreksi
terhadap deplesi dapat dilakukan dengan 2 cara sebagai berikut:
Deplesi tahun-tahun lalu yang sudah dicatat dikoreksi,
begitu juga untuk deplesi yang akan datang.
Deplesi tahun-tahun lalu yang sudah dicatat tidak
dikoreksi, tetapi deplesi tahun-tahun yang akan datang dilakukan dengan data
yang terakhir.
Penilaian
aktiva tetap
Aktiva tetap akan dinilai berdasarkan prinsip harga pokok dan prinsip
mempertemukan. Berdasarkan prinsip harga pokok, maka aktiva tetap akan dinilai
atas dasar harga pokok atau harga perolehan. Berdasarkan prinsip mempertemukan,untuk
aktiva tetap yang umurnya terbatas, harga pokok tersebut harus dibebankan
selama jangka waktu yang menikmati manfaatnya. Dengan demikian aktiva tetap
yang umurnya terbatas akan dinilai atas dasar harga pokok dikurangi dengan
bagian harga pokok yang telah dibebankan sampai dengan saat yang bersangkutan.
Bagian dari harga pokok yang telah dibebankan pada periode yang menikmati
manfaat ekonomis aktiva tetap itu disebut :
-
Penyusutan atau depresiasi untuk aktiva tetap
berwujud.
-
Depresiasi untuk sumber alam.
-
Amortisasi untuk aktiva tetap tidak berwujud.
Dengan demikian berdasarkan prinsip harga pokok dan prinsip mempertemukan
maka aktiva tetap akan dinilai sebesar nilai bukunya. Nilai buku tersebut
besarnya dapat dinyatakan sebagai berikut :
-
Harga pokok, untuk aktiva tetap yang umurnya tidak
terbatas.
-
Harga pokok yang belum disusut, untuk aktiva tetap
berwujud yang umur manfaatnya terbatas.
-
Harga pokok yang belum dideplesi, untuk aktiva tetap
sumber alam.
-
Harga pokok yang belum diamortisasi, untuk aktiva
tetap tidak berwujud yang umur manfaatnya terbatas.
Selama menggunakan aktiva tetap, harga pokok tersebut dapat berubah, yaitu
apabila :
-
Terjadi pengeluaran yang menambah aktiva tetap.
-
Diadakan penilaian kembali (revaluasi) terhadap aktiva
tetap.
Revaluasi Aset Tetap (Penilaian Kembali Aset Tetap)
REVALUASI
ASET TETAP
Revaluasi adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut di pasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar.
Revaluasi adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut di pasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain, sehingga nilai aset tetap dalam laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar.
Tujuan
penilaian kembali :
Tujuan penilaian kembali aset tetap perusahaan dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan perhitungan penghasilan dan biaya lebih wajar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yang sebenarnya.
Tujuan penilaian kembali aset tetap perusahaan dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan perhitungan penghasilan dan biaya lebih wajar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yang sebenarnya.
Manfaat :
(1) Neraca menunjukan posisi kekayaan yang wajar.
(2) Kenaikan niali aset tetap, mempunyai konsekuensi naiknya beban penyusutan aset tetap yang dibebankan ke dalam laba rugi, atau dibebankan ke harga pokok produksi.
Kendala yang dihadapi untuk melakukan revaluasi ini :
Kegiatan revaluasi ini tergolong kegiatan yang tidak mudah untuk dilaksanakan dan memerlukan biaya yang besar untuk membayar jasa penilai.
Aset Tetap yang Dapat Dinilai Kembali
Aset tetap perusahaan yang dapat dinilai kembali adalah aset tetap berwujud yang terletak atau yang berada di Indonesia yang dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan ojek pajak.
(1) Neraca menunjukan posisi kekayaan yang wajar.
(2) Kenaikan niali aset tetap, mempunyai konsekuensi naiknya beban penyusutan aset tetap yang dibebankan ke dalam laba rugi, atau dibebankan ke harga pokok produksi.
Kendala yang dihadapi untuk melakukan revaluasi ini :
Kegiatan revaluasi ini tergolong kegiatan yang tidak mudah untuk dilaksanakan dan memerlukan biaya yang besar untuk membayar jasa penilai.
Aset Tetap yang Dapat Dinilai Kembali
Aset tetap perusahaan yang dapat dinilai kembali adalah aset tetap berwujud yang terletak atau yang berada di Indonesia yang dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan ojek pajak.
Nilai Pasar atau Nilai Wajar
Penilaian kembali aset tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aset tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali yang ditetapkan oleh perusahaan jasa atau ahli penilai yang diakui/ memperoleh izin pemerintah.
PENURUNAN NILAI DALAM MODEL REVALUASI
Penurunan nilai setelah diakuinya kenaikan nilai diperlakukan sebagai pengurangan surplus revaluasi yang telah terbentuk. Penurunan berikutnya diakui sebagai beban.
Contoh :
Saldo mesin PT Jambia, Tbk. per 31-12-2012 Rp36 juta; penyusutan kumulatif Rp9 juta. Nilai buku Rp27 juta. Kenaikan nilai setahun silam Rp16 juta, tampak di surplus revaluasi (kredit) yang tidak ditransfer ke laba ditahan. Nilai wajar aset tetap sekarang Rp8 juta è intinya turun Rp19 juta. Hitunglah penurunan nilai dan buatlah jurnal revaluasi. Demi kepraktisan, abaikanlah pajak tangguhan.
Jawab :
Nilai wajar 8.000.000
Jumlah tercatat (36.000.000-9.000.000) (27.000.000)
Penurunan nilai 19.000.000
Diakui sebagai pengurangan surplus revaluasi (16.000.000)
Beban (rugi) penurunan nilai diakui dalam L/R 3.000.000
Jurnal :
31 Des Akumulasi penyusutan mesin 9.000.000
Surplus Revaluasi 16.000.000
Rugi penurunan nilai mesin 3.000.000
Mesin 28.000.000
Penilaian kembali aset tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aset tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali yang ditetapkan oleh perusahaan jasa atau ahli penilai yang diakui/ memperoleh izin pemerintah.
PENURUNAN NILAI DALAM MODEL REVALUASI
Penurunan nilai setelah diakuinya kenaikan nilai diperlakukan sebagai pengurangan surplus revaluasi yang telah terbentuk. Penurunan berikutnya diakui sebagai beban.
Contoh :
Saldo mesin PT Jambia, Tbk. per 31-12-2012 Rp36 juta; penyusutan kumulatif Rp9 juta. Nilai buku Rp27 juta. Kenaikan nilai setahun silam Rp16 juta, tampak di surplus revaluasi (kredit) yang tidak ditransfer ke laba ditahan. Nilai wajar aset tetap sekarang Rp8 juta è intinya turun Rp19 juta. Hitunglah penurunan nilai dan buatlah jurnal revaluasi. Demi kepraktisan, abaikanlah pajak tangguhan.
Jawab :
Nilai wajar 8.000.000
Jumlah tercatat (36.000.000-9.000.000) (27.000.000)
Penurunan nilai 19.000.000
Diakui sebagai pengurangan surplus revaluasi (16.000.000)
Beban (rugi) penurunan nilai diakui dalam L/R 3.000.000
Jurnal :
31 Des Akumulasi penyusutan mesin 9.000.000
Surplus Revaluasi 16.000.000
Rugi penurunan nilai mesin 3.000.000
Mesin 28.000.000
Penjurnalan Penjualan Aktiva Tetap
Ketika
barang berupa aset tetap dijual, bebean depresiasi assets (depreciation expense) harus sesuai dengan tanggal penjulan tersebut, kemuadian analoghi
penjurnalanya adalah kita menghilangkan cost dari aset dan akumulasi
depresiasinya dan menimbulkan sejumlah uang yang kita terima dari penjualan
aset itu dan memasukan bedanya sebagai gain/loss on disposal of FA.
Contoh,
sebuah perusahaan menjual sebuah mesin pada tanggal 31 Januari 2010
seharga Rp 50,000,000. Akumulasi Depresiasi terakhir tercatat di 31
Desember sebesar Rp 400.000.000 dengan taksiran depresiasi perbulan
Rp 4,000,000. Buku besar menunjukan bahwa harga perolehan mesin adalah sebesar
Rp 500,000,000.
Pada akhir
januari pertama-tama perusahaan akan menjurnal beban depresiasi sebesar
Rp 4,000,000 untuk bulan Januari.
Tanggal
|
Keterangan
|
Debit
|
Kredit
|
31 Jan 2010
|
Depr Exp
|
Rp 4.000.000
|
|
Accum. Depr
|
Rp 4.000.000
|
Dengan adanya jurnal tersebut,
maka akumulasi depresiasi untuk mesin tersebut menjadi Rp 404,000,000. Sehingga
jurnal penjulanya yaitu :
Tanggal
|
Keterangan
|
Debit
|
Kredit
|
31 Jan 2010
|
Cash
|
50,000,000
|
|
Accum. Depr
|
404,000,000
|
||
Loss on disposal FA
|
46,000,000
|
||
Machine
|
500,000,000
|
Perhitungan :
Harga
perolehan
|
500,000,000
|
Akumulasi
Depresiasi
|
404,000,000
|
Book Value
|
96,000,000
|
Harga jual
|
50,000,000
|
Loss on
disposal
|
46,000,000
|
Pertukaran Aktiva Tetap
Banyak pembelian aktiva yang dilakukan dengan cara tukar-menukar, atau
sering disebut “tukar tambah”, di mana aktiva lama digunakan untuk membayar
harga aktiva baru, baik seluruhnya atau sebagian dan kekurangannya dibayar
tunai. Dalam keadaan seperti ini, PSAK No. 16 menyatakan bahwa harga perolehan
aktiva tetap yang diperoleh dinilai sebesar nilai wajar aktiva tetap yang
dilepas atau diperoleh, mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar
aktiva tetap yang dilepaskan setelah disesuaikan jumlah kas atau setara kas
yang ditransfer. Ada masalah yang timbul bila harga pasar aktiva lama naupun
baru tidak dapat ditentukan. Dalam hal ini nilai buku aktiva lama akan
digunakan sebagai dasar pencatatan pertukaran tersebut. Selain masalah diatas,
masalah lainnya adalah pengakuan rugi atau laba yang timbul karena adanya
pertukaran aktiva tetap tersebut. Pembicaraan mengenai masalah rugi atau laba
pertukaran akan dipisahkan menjadi dua yaitu pertama untuk pertukaran aktiva
tetap yang tidak sejenis dan kedua, untuk pertukaran aktiva tetap yang sejenis.
Pertukaran aktiva tetap sejenis oleh PSAK No. 16 diatur untuk tidak mengakui
adanya keuntungan atau kerugian, dan biaya (harga) perolehan aktiva tetap baru
adalah jumlah tercatat dari aktiva tetap yang dilepaskan.
1. Pertukaran
Aktiva Tetap yang Sejenis
Pertukaran aktiva tetap yang sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang
sifat dan fungsinya sama seperti pertukaran mesin produksi merek A dengan merek
B, truk merek A dengan merek B, dan seterusnya. Dalam hubungannya dengan aktiva
tetap yang sejenis PSAK No. 16 menyatakan bahwa laba atau rugi yang timbul
akibat perbedaan nilai wajar aktiva tetap yang diperoleh dengan yang diserahkan
tidak boleh diakui, sehingga selisihnya akan digunakan untuk mengkoreksi nilai
wajar aktiva yang diperoleh. Bila terdapat selisih nilai wajar, maka nilai
wajar aktiva tetap baru ditetapkan sebesar nilai buku aktiva yang dilepaskan.
Sebaliknya bila nilai buku aktiva yang dilepaskan lebih tinggi dari nilai wajar
aktiva yang diterima, maka nilai buku aktiva yang diserahkan harus diturunkan,
dan nilai baru sesudah penurunan digunakan sebagai nilai wajar aktiva yang
diterima. Apabila dalam transaksi pertukaran itu perusahaan harus membayar uang
dalam jumlah tertentu, maka harga perolehan aktiva yang diterima sama dengan
nilai buku aktiva yang dilepaskan ditambah uang yang dibayarkan. Sebaliknya
apabila perusahaan menerima uang dalam transaksi pertukaran itu, maka harga
perolehan aktiva yang diterima adalah sebesar nilai buku aktiva yang dilepaskan
dikurangi uang yang diterima.
Contoh 1:
Pertukaran dengan mengeluarkan kas.
Misalnya, PT Risa Fadila menukarkan truk merek A dengan truk merek B. Harga
perolehan truk A sebesar Rp 10.000.000,00 dan akumulasi depresiasinya sebesar
Rp 4.000.000,00. Truk B harga pasarnya (nilai wajar) Rp 25.000.000,00. PT Risa
Fadila membayar Rp 20.000.000,00 tunai. Jurnal yang dibuat untuk mencatat
transaksi tersebut adalah sebagai berikut:
Truk B Rp
26.000.000,00
Akumulasi depresiasi truk A Rp 4.000.000,00
Truk A Rp 10.000.000,00
Kas Rp
20.000.000,00
Perhitungannya sebagai
berikut:
Harga perolehan truk A Rp 10.000.000,00
Akumulasi depresiasi Rp
4.000.000,00-
Nilai buku truk A Rp
6.000.000,00
Kas yang dibayarkan Rp 20.000.000,00+
Harga perolehan truk B Rp 26.000.000,00
Contoh 2:
Pertukaran dengan penerimaan kas.
Sebagai contoh, misalnya PT Risa Fadila menukarkan truk A dengan truk B.
Harga perolehan truk A sebesar Rp 50.000.000,00 dan akumulasi depresiasinya
sebesar Rp 20.000.000,00. Harga pasar (nilai wajar) truk B Rp 35.000.000,00 dan
PT Risa Fadila menerima uang Rp 5.000.000,00. Jurnal yang dibuat untuk mencatat
pertukaran ini sebagai berikut:
Truk B Rp
25.000.000,00
Akumulasi depresiasi truk A Rp
20.000.000,00
Kas Rp 5.000.000,00
Truk A Rp
50.000.000,00
Perhitungannya sebagai
berikut:
Harga perolehan truk A Rp 50.000.000,00
Akumulasi depresiasi Rp
20.000.000,00-
Nilai buku truk A Rp
30.000.000,00
Kas yang diterima Rp
5.000.000,00-
Harga perolehan truk B Rp 25.000.000,00
2.
Pertukaran Aktiva Tetap yang Tidak Sejenis
Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis adalah pertukaran aktiva tetap
yang sifat dan fungsinya tidak sama seperti misalnya pertukaran tanah dengan
mesin-mesin, tanah dengan gedung dan lain-lain. Perbedaan antara nilai wajar
aktiva tetap yang diserahkan dengan nilai wajar yang digunakan sebagai dasar
pencatatan aktiva yang diperoleh pada tanggal transaksi terjadi harus diakui
sebagai laba atau rugi pertukaran aktiva tetap. Penentuan harga perolehan dalam pertukaran seperti ini harus didasarkan
pada nilai wajar aktiva tetap yang diserahkan ditambah uang yang dibayarkan. Bila
nilai wajar aktiva yang diserahkan tidak diketahui, maka harga perolehan aktiva
baru didasarkan pada nilai wajar aktiva baru.
Misalnya pada awal tahun 2006 PT saya menukarkan mesin produksi dengan
truk baru. Harga perolehan mesin produksi sebesar Rp 2.000.000,00 akumulasi
depresiasi sampai tanggal pertukaran sebesar Rp 1.500.000,00 sehingga nilai
bukunya sebesar Rp 500.000,00. Nilai wajar mesin produksi tersebut sebesar Rp
800.000,00 dan PT saya harus membayar uang sebesar Rp 1.700.000,00. Harga
perolehan truk adalah Rp 2.500.000,00 yang perhitungannya sebagai berikut:
Nilai wajar mesin produksi Rp 800.000,00
Uang tunai yang dibayarkan Rp 1.700.000,00+
Harga perolehan truk Rp. 2.500.000,00
Jurnal yang dibuat untuk mencatat pertukaran diatas adalah sebagai
berikut:
Truk Rp
2.500.000,00
Akumulasi
depresiasi mesin Rp 1.500.000,00
Kas
Rp
1.700.000,00
Mesin Rp
2.000.000,00
Laba pertukaran mesin Rp. 300.000,00
Laba pertukaran mesin sebesar Rp 300.000,00 dihitung sebagai berikut:
Nilai wajar mesin produksi Rp 800.000,00
Harga perolehan mesin Rp 2.000.000,00
Akumulasi
depresiasi mesin Rp 1.500.000,00-
Rp 500.000,00-
Laba pertukaran mesin Rp. 300.000,00
Apabila mesin diatas ditukarkan pada
pertengahan tahun 2006 dan bukannya awal tahun 2006, maka pertama kali harus
diadakan pencatatan depresiasi untuk 1/2 tahun 2006 dan
baru dilakukan pencatatan transaksi pertukaran. Bila diketahui umur mesin
terebut 5 tahun maka jurnal-jurnalnya nadalah sebagai berikut:
Depresiasi mesin Rp 200.000,00
Akumulasi depresiasi mesin Rp 200.000,00
Perhitungan : 6/12 x 1/5
x Rp 2.000.000,00 = Rp. 200.000,00
Truk Rp
2.500.000,00
Akumulasi
depresiasi mesin Rp 1.700.000,00
Kas
Rp
1.700.000,00
Mesin Rp
2.000.000,00
Laba pertukaran mesin Rp. 500.000,00
Laba pertukaran mesin sebesar Rp 500.000,00 dihitung sebagai berikut:
Nilai wajar mesin produksi Rp
800.000,00
Harga perolehan mesin Rp 2.000.000,00
Depresiasi
s.d. awal 2006 Rp 1.500.000,00
Depresiasi 6
bulan Rp
200.000,00+
Rp
1.700.000,00_-
Rp
300.000,00-
Laba
pertukaran mesin Rp
500.000,00
Pemberhentian Aset Tetap
Aset tetap bisa dihentikan penggunaannya dengan cara:
1. Dijual,
2. Ditukarkan, atau
3. Rusak
Pada saat aset tetap diberhentikan dari pemakaian
1. semua rekening yang berhubungan dengan aset tetap
tersebut dihapuskan
2. apabila aset tetap tersebut dijual, maka selisih harga
jual dengan nilai buku atau residu dicatat sebagai laba atau rugi.
Contoh :
Mesin yang dibeli pada tanggal 1 Februari 2002 dengan harga Rp5.700.000,00;
pada tanggal 1 Juli 2006 dijual dengan harga Rp1.200.000,00. Mesin tersebut
ditaksir berumur 5 tahun, didepresiasi menggunakan metoda garis lurus, dan
taksiran nilai residu Rp450.000,00. Penjualan pada tanggal 1 Juli 2006 dicatat:
Depresiasi Mesin
Akumulasi Depresiasi Mesin
|
Rp525.000,00
|
Rp525.000,00
|
Depresiasi 6 bulan: 6/12 x 1/5 x (Rp5.700.000,00 – Rp450.000,00) =
Rp525.000,00
Kas
Akumulasi
Depresiasi Mesin
Mesin
Laba Penjualan Mesin
|
Rp1.200.000,00
4.637.500,00
|
Rp5.700.000,00
137.500,00
|
Perhitungan
Harga jual Rp1.200.000,00
Nilai buku mesin:
Harga perolehan Rp5.700.000,00
Akumulasi depresiasi:
2002: 11 bulan =
Rp962.500,00
2003: 12 bulan =
1.050.000,00
2004: 12 bulan =
1.050.000,00
2005: 12 bulan =
1.050.000,00
2006: 6 bulan
= 525.000,00 (4.637.500,00) (1.062.500,00)
Laba penjualan aset tetap Rp137.500
Asuransi Kebakaran
Asuransi diperlukan untuk melindungi kekayaan dari kemungkinan kerugian
kebakaran, asuransi akan mengganti kerugian maksimum sebesar jumlah pertanggungan
yang dinyatakan dalam polis.
Perjanjian asuransi yang sudah berjalan dapat dibatalkan
1. Pembatalan dilakukan oleh perusahaan asuransi, maka premi
yang telah dibayarkan akan dikembalikan sebesar jumlah premi untuk periode
mulainya pembatalan sampai selesainya perjanjian (dengan dasar pro rata)
2. Pembataalan
dilakukan oleh pihak yang mempertanggungkan, maka premi yang
dikembalikan dihitung dengan tarif yang lebih rendah (short rate)
Asuransi Bersama
Dengan syarat yang menyatakan
bahwa apabila harta benda diasuransikan (dipertanggungkan) dengan jumlah yang
lebih rendah dg persentase tertentu dari harga pasar benda tersebut saat
terjadi kebakaran, maka perusahaan yg mengasuransikan akan menderita kerugian
krn kebakaran sebanding dg selisih jumlah yg dipertanggungkan dg persentase
tertentu dari harga pasar harta tersebut.
Jumlah kerugian yang akan diganti
oleh perusahaan asuransi adalah nilai yang paling rendah dari jumlah
berikut:
1. jumlah yang dibebankan kepada perusahaan asuransi yang dihitung
dengan cara asuransi bersama
2. jumlah pertanggungan dalam polis, atau
3. jumlah kerugian yang sebenarnya
Contoh
Mesin diasuransikan sebesar Rp15.000.000,00. Suatu ketika mesin terbakar
dengan kerugian Rp12.000.000,00. Pada saat kebakaran harga pasar mesin tersebut
sebesar Rp30.000.000,00. Polis asuransi menyebutkan syarat asuransi bersama
80%. Perhitungan sbb:
Coinsurance requirement: 80% x Rp30.000.000,00 = Rp24.000.000,00
Jumlah pertanggungan Rp15.000.000,00
Selisih Rp9.000.000,00
Kerugian sebesar Rp12.000.000,00 ditanggung oleh kedua belah pihak,
masing-masing sebesar:
1. Perusahaan asuransi
menanggung kerugian sebesar:
Rp15.000.000,00
|
x
Rp12.000.000,00 =
|
Rp7.500.000,00
|
80% x Rp30.000.000,00
|
2. Pihak yang mengasuransikan
menanggung kerugian sebesar:
Rp9.000.000,00
|
x
Rp12.000.000,00 =
|
Rp4.500.000,00
|
80% x Rp30.000.000,00
|
Apabila kerugian yang timbul lebih besar dari jumlah pertanggungan
(Rp15.000.000,00), maka perusahaan asuransi akan mengganti kerugian yang timbul
maksimum sebesar jumlah pertanggungan.
Jika harta dipertanggungkan ke beberapa perusahaan asuransi, maka
pertanggungan kerugian masing-masing perusahaan asuransi sebanding dengan
jumlah pertanggungan total seluruh polis.
Contoh
Harta diasuransikan pada perusahaan asuransi sbb:
Perusahaan
asuransi A sebesar Rp12.000.000,00
Perusahaan asuransi B sebesar Rp3.000.000,00
Kerugian kebakaran sebesar Rp4.000.000,00 dan nilai harta pada saat
kebakaran Rp20.000.000,00. Perhitungan:
a. apabila polis tanpa syarat asuransi bersama
Ganti rugi dari perusahaan A
Rp12.000.000,00
|
x Rp4.000.000,00 =
|
Rp3.200.000,00
|
(Rp12.000.000,00 + Rp3.000.000,00)
|
Ganti rugi dari perusahaan B
Rp3.000.000,00
|
x Rp4.000.000,00 =
|
Rp800.000,00
|
(Rp12.000.000,00 + Rp3.000.000,00)
|
||
Rp4.000.000,00
|
b. apabila masing-masing polis dengan syarat asuransi
bersama 80%
Ganti rugi dari perusahaan A
Rp12.000.000,00
|
x Rp4.000.000,00 =
|
Rp3.000.000,00
|
80% x Rp20.000.000,00
|
Ganti rugi dari perusahaan B
Rp3.000.000,00
|
x Rp4.000.000,00 =
|
Rp750.000,00
|
80% x Rp20.000.000,00
|
||
Rp3.750.000,00
|
c.
apabila polis dengan syarat asuransi bersama, perusahaan
A 90% dan perusahaan B 80%
Ganti rugi dari perusahaan A
Rp12.000.000,00
|
x Rp4.000.000,00 =
|
Rp2.666.666,67
|
90% x Rp20.000.000,00
|
Ganti rugi dari perusahaan B
Rp3.000.000,00
|
x Rp4.000.000,00 =
|
Rp750.000,00
|
80% x Rp20.000.000,00
|
||
Rp3.416.666,67
|
Polis Gabungan
Bila perusahaan mengasuransikan beberapa aset dalam satu polis, maka polis
tersebut akan menunjukkan syarat alokasi yang dasarnya adalah harga pasar
aset-aset tersebut pada saat terjadinya kebakaran.
Misalnya polis asuransi dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp30.000.000,00
untuk mesin dan bangunan, dengan syarat asuransi bersama 80%. Pada saat
kebakaran yang melanda bangunan, harga pasar mesin Rp20.000.000,00 dan bangunan
Rp40.000.000,00. Perhitungan ganti rugi bangunan adalah
Alokasi
pertanggungan Rp30.000.000,00 sebagai berikut:
Mesin: (Rp20jt
/Rp60jt) x Rp30.000.000,00 = Rp10.000.000,00
Bangunan: (Rp40jt
/Rp60jt) x Rp30.000.000,00 = Rp20.000.000,00
Coinsurance requirement: 80% x Rp40.000.000,00 = Rp32.000.000,00
PerhitunganCoinsurance:
(Rp20jt/Rp32jt)xRp40.000.000,00 = Rp25.000.000,00
Karena jumlah pertanggungan yang dialokasikan untuk bangunan
(Rp20.000.000,00) lebih rendah dari kerugian akibat terbakarnya bangunan
(Rp40.000.000,00) dan hasil perhitungan coinsurance
Rp25.000.000,00, maka ganti rugi sebesar Rp20.000.000,00.
Pencatatan Asuransi Kebakaran
Apabila terjadi kebakaran atas aset yng diasuransikan, maka langkah yang
harus dilakukan untuk mengadakan pencatatan akuntansinya adalah
1. Menyusun kembali catatan-catatan yang terbakar (jika ada)
2. Menyesuaikan buku-buku agar dapat menunjukkan keadaan yang
sebenarnya pada saat terjadinya kebakaran
3. Menentukan nilai buku aset yang terbakar
4. Membebankan nilai buku aset yang terbakar dan biaya-biaya
yang timbul pada saat kebakaran, ke rekening kerugian kebakaran
5. Menentukan jumlah yang akan diterima dari perusahaan
asuransi
6. Rekening kerugian kebaakaran dikredit dengan jumlah ini
dan jumlah yang diterima dari penjualan aset yang terbakar
7. Menutup saldo
rekening kerugian kebakaran ke rekening rugi laba. Saldo ini menunjukkan rugi
atau laba dari kebakaran.
Sumber :
Simangungsong. Akuntansi
tingkat dasar 2. 1988. Jakarta : Karya utama.
Jusup,Haryono. Dasar-dasar akuntansi. 1995. Yogyakarta
: Bagian penerbitan sekolah tinggi
ilmu ekonomi YKPN.
Munandar,muhammad. Pokok-pokok
intermediate accounting. 1996. Sleman : Gadjah mada
university press.
Reeve,warren. Pengantar akuntansi. 2006. Jakarta : Salemba empat.
1 komentar:
Posting Komentar